Trump Jadi Korban: Penembakan di AS Makin Marak, Apa Faktornya?

18 Juli 2024 11:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Maraknya penembakan di Amerika Serikat (AS) makin menjadi sorotan. Apalagi, pada pekan lalu sasarannya adalah Presiden ke-45 yang kini kembali jadi capres Partai Republik, Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Pelaku penembakan terhadap Trump saat kampanye di Butler, Pennsylvania, pada (13/7) adalah pemuda berusia 20 tahun Thomas Matthew Crooks. Meski Trump selamat, aksi Crooks menewaskan satu orang dan membuat dirinya ditembak mati oleh Secret Service.
Menurut laporan media Axios, sampai pertengahan 2024 sudah terjadi 261 penembakan massal di AS.
Dinas Rahasia bergerak melindungi mantan Presiden Donald Trump saat terjadi penembakan saat kampanye di Butler Farm Show di Butler, Pennsylvania, 13 Juli 2024. Foto: Reuters/Brendan McDermid
Jika dirata-rata, maka pada 2024 ada satu penembakan massal di AS setiap harinya, dan bila angka ini konsisten maka akan ada sekitar 500 penembakan massal di AS sampai akhir 2024.
Menurut pengamat hubungan internasional dari UI, Suzie Sudarman, maraknya penembakan di AS dikarenakan dalam proklamasi kemerdekaan negara itu, tertuang frasa right, liberty dan happiness atau hidup, kebebasan dan mengejar kebahagiaan.
ADVERTISEMENT
"Siapa pun yang mengganggu pursuit of happiness and right to life, liberty, liable. Nah, it could be anybody. Kalau orang sudah tidak setuju dengan kelakuan seorang, dia bisa dengan sendirinya melakukan penembakan, atau pembunuhan, atau rancangan dan sebagainya," kata Suzie dalam podcast Diptalk di YouTube, kumparan.
Diptalk bersama Suzie Sudarman Foto: Darryl Ramadhan/kumparan
Suzie, yang pernah mengenyam pendidikan di Johns Hopkins University, menjelaskan bahwa warga AS memegang betul right to life, liberty and the pursuit of happiness. Sehingga mereka kerap memakai alasan mempertahankan hidup atau mengganggu kebebasan saat menjadi pelaku kekerasan bersenjata.
"Misalnya orang menembak, dia bilang, stand your ground (pertahankan). Isu apa itu stand your ground? Boleh menembak orang, semena-mena. Karena you're trying to defend yourself," papar Suzie.
ADVERTISEMENT