Trump Kembali ke Gedung Putih, Disambut Jabat Tangan Biden

14 November 2024 14:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden AS 2021-2025 Joe Biden berjabat tangan dengan Presiden terpilih AS periode 2025-2029 Donald Trump saat melakukan pertemuan di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (13/11/2024). Foto: SAUL LOEB/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden AS 2021-2025 Joe Biden berjabat tangan dengan Presiden terpilih AS periode 2025-2029 Donald Trump saat melakukan pertemuan di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (13/11/2024). Foto: SAUL LOEB/AFP
ADVERTISEMENT
Donald Trump kembali ke Gedung Putih sebagai presiden terpilih Amerika Serikat pada Rabu (14/11). Kedatangannya disambut langsung oleh presiden yang akan lengser, Joe Biden.
ADVERTISEMENT
Di Oval Office, kedua sosok veteran politik itu pun berjabat tangan.
“Selamat datang kembali,” sambut Biden kepada Trump, seraya menjanjikan proses transisi kekuasaan yang mulus.
Dalam momen bersejarah ini, Biden menunjukkan sikap hormat, berbeda dengan Trump yang empat tahun lalu menolak menyambut kemenangan Biden.
Meski demikian, sebelumnya Biden kerap melabeli Trump sebagai ancaman bagi demokrasi AS.
“Kami akan memastikan semua keperluan anda terpenuhi,” lanjut Biden, seperti dikutip dari AFP.
Foto-foto yang beredar juga menunjukkan kehangatan pertemuan tersebut, Biden tampak tertawa bersamaan dengan posisi duduk Trump yang sedikit condong ke arahnya.
Presiden AS 2021-2025 Joe Biden berbincang dengan Presiden terpilih AS periode 2025-2029 saat melakukan pertemuan di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (13/11/2024). Foto: SAUL LOEB/AFP
Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan mengungkap isi pertemuan mereka. Kepada Trump, Biden menekankan pentingnya dukungan AS untuk Ukraina di tengah konflik dengan Rusia.
ADVERTISEMENT
Presiden yang mundur dari pemilu pada Juli lalu itu pun memastikan pengalihan kekuasaan akan berjalan tertib, meski Partai Republik kini menguasai Kongres.
Kunjungan Trump ke Gedung Putih bertepatan dengan diumumkannya Partai Republik sebagai mayoritas di Dewan Perwakilan Rakyat, memberi Trump kendali penuh atas Kongres.
Di tengah atmosfer politik yang berubah cepat, Trump juga mengumumkan tim utamanya yang berisi figur-figur garis keras, termasuk Matt Gaetz sebagai Jaksa Agung.
Jake Sullivan Penasihat Keamanan Nasional AS. Foto: Evelyn Hockstein/Reuters

Trump Bagi-bagi Jabatan

Trump yang kini menjadi Presiden ke-47 AS, akan memiliki hampir seluruh kendali atas pemerintahan.
Beberapa jam setelah pertemuan dengan Biden, ia mengumumkan Matt Gaetz, sosok yang dikenal loyal dan kontroversial, sebagai Jaksa Agungnya. Anggota Kongres dari sayap kanan itu rela melepas kursinya demi jabatan penting ini.
ADVERTISEMENT
Ia berjanji akan “mengakhiri Pemerintahan Bersenjata”, yang diyakini akan memperkuat Trump dalam menindak para lawan politiknya.
Tak hanya itu, Trump juga menunjuk Tulsi Gabbard, mantan anggota kongres dari Partai Demokrat yang dikenal skeptis terhadap dukungan AS untuk Ukraina, sebagai Direktur Intelijen Nasional.
Namun, langkah Trump ini bukan tanpa tantangan; Gaetz, misalnya, masih menghadapi penyelidikan etik terkait pelanggaran hukum. Hal itu pun diprediksi akan memicu pertarungan sengit di senat.
CEO Tesla dan pemilik X Elon Musk menghadiri kampanye Calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat, Sabtu (5/10/2024). Foto: Carlos Barria/REUTERS
Selain nama-nama kontroversial, Trump juga menunjuk figur yang lebih moderat.
Senator Florida Marco Rubio, yang dikenal tegas terhadap China, ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri.
Di sisi lain, penunjukan pembawa acara Fox News, Pete Hegseth, sebagai Menteri Pertahanan memunculkan skeptisisme karena kurangnya pengalaman Hegseth di bidang militer.
ADVERTISEMENT
Di jajaran kabinet baru ini, Trump juga menunjuk sekutu sekaligus salah satu orang terkaya dunia, Elon Musk.
CEO Tesla dan SpaceX itu diminta memimpin departemen yang bertugas memangkas anggaran pemerintah.

Kelakar Masa Jabatan Ketiga

Di sela-sela pertemuannya dengan Partai Republik, Trump sempat melontarkan gurauan tentang masa jabatan ketiga, yang jelas melanggar konstitusi AS.
“Saya rasa saya tidak akan mencalonkan diri lagi, kecuali anda semua berkata, ‘Dia luar biasa, kita perlu memikirkan hal lain,’” ucapnya diiringi tawa para hadirin.