Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Trump Tunjuk Aktivis Media Pro-Israel sebagai Dubes AS untuk Afrika Selatan
27 Maret 2025 17:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menominasikan Leo Brent Bozell III, aktivis media konservatif pro-Israel, sebagai duta besar AS untuk Afrika Selatan.
ADVERTISEMENT
Penunjukan dilakukan di tengah memburuknya hubungan kedua negara, terutama setelah AS menuduh Afsel mendiskriminasi minoritas kulit putih.
Bozell adalah pendiri Media Research Center, organisasi yang mengkritik media arus utama karena dianggap memiliki bias liberal.
Kepastian posisinya masih memerlukan konfirmasi dari Senat, yang saat ini dikuasai Partai Republik.
Hubungan AS-Afrika Selatan terus memburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Awal bulan ini, duta besar Afrika Selatan untuk Washington, Ebrahim Rasool, diusir setelah menyebut gerakan Make America Great Again (MAGA) sebagai bentuk “naluri supremasi”.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio membalasnya dengan menyebut Rasool sebagai “penghasut rasial yang membenci Amerika”.
Pada Februari, Trump menandatangani keputusan presiden yang memangkas bantuan ke Afrika Selatan dan menuduh pemerintahannya mendiskriminasi warga Afrika kulit putih.
Perintah itu juga menawarkan pemukiman kembali bagi mereka di AS. Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa merespons dengan menegaskan negaranya harus lebih mandiri.
ADVERTISEMENT
“Kita harus bangun. Pemotongan dana ini sepenuhnya hak mereka, dan kita harus menemukan cara agar tidak bergantung pada mereka,” kata Ramaphosa kepada wartawan, seperti diberitakan Guardian, Rabu (26/3).
Isu ini kian kompleks setelah Afsel menggugat Israel di Mahkamah Internasional (ICJ), menuduhnya melakukan genosida di Gaza.
Kasus itu membuat negaranya semakin berseberangan dengan Washington, yang merupakan sekutu utama Israel.
Siapa Leo Brent Bozell III?
Bozell (69 tahun) telah lama berkiprah dalam dunia media konservatif. Ia mendirikan Media Research Center pada 1987, yang misinya adalah “mengungkap bias media liberal” dan menyebarkan nilai-nilai konservatif.
Kehidupan pribadinya tak lepas dari kontroversi.
Putranya, Leo Brent Bozell IV, dihukum 45 bulan penjara karena menyerang polisi dan merusak properti dalam kerusuhan Capitol 6 Januari 2021. Ia dibebaskan awal tahun ini setelah mendapatkan pengampunan dari Trump.
ADVERTISEMENT
Bozell dikenal sebagai pendukung kuat Israel dan vokal dalam isu-isu konservatif.
Mengutip Guardian, para pengamat melihat penunjukan Bozell sebagai dubes sebagai sinyal pemerintahan Trump ingin mengambil sikap lebih tegas terhadap Afrika Selatan, terutama terkait kebijakan tanah dan hubungan dengan Israel.
Elon Musk dan Faktor Ekonomi
Di tengah ketegangan politik, beberapa pihak melihat peluang diplomasi melalui jalur ekonomi.
Elon Musk, miliarder kelahiran Afrika Selatan, semakin sering mengkritik kebijakan negaranya, terutama aturan yang mewajibkan perusahaan asing menyerahkan 30 persen ekuitas kepada pemilik kulit hitam lokal.
Musk juga menuduh media global mengabaikan isu “genosida kulit putih” di Afrika Selatan dan mengecam partai kiri Economic Freedom Fighters karena menyanyikan lagu kontroversial Kill the Boers.
Analis di Signal Risk, Ronak Gopaldas, menilai kesepakatan pragmatis bisa dicapai melalui jalur bisnis.
ADVERTISEMENT
“Jika Afrika Selatan ingin memperbaiki hubungan dengan AS, fokusnya sebaiknya pada aspek ekonomi, bukan moral,” ujarnya.
Sementara itu, Ramaphosa akan menunjuk pengganti Rasool yang “berkelas” untuk menghadapi dinamika baru dengan Negeri Paman Sam.