Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tsamara Amany Respons Media Rusia yang Mengkritiknya soal Putin
6 April 2018 12:21 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Video testimoni Ketua DPP PSI Tsamara Amany soal Rusia mendapat kritik keras dari media Russia Beyond the Headlines (RBTH) Indonesia. Dalam akun media sosialnya, RBTH menyayangkan adanya kesalahpahaman Tsamara soal pengetahuan politik dan sistem pers di Rusia .
ADVERTISEMENT
Tsamara pun angkat bicara soal kritik tersebut. Ia mengaku baru membaca postingan RBTH yang mengecam testimoninya.
"RBTH mengkritik pernyataan saya yang dianggap mendiskreditkan Putin. Berkaitan dengan itu, saya perlu memberikan sejumlah tanggapan," ujar Tsamara melalui keterangan tertulis, Jumat (6/4).
Tsamara menyebut, ia memahami betul posisi RBTH sebagai sarana kampanye Rusia di dunia Internasional. Sehingga, menurut Tsamara, akan sangat wajar jika RBTH membela citra pemimpin Rusia, Vladimir Putin, di dunia Internasional.
"Namun dalam hal ini, saya perlu menjelaskan komentar saya tentang Putin itu ditujukan pada publik Indonesia terkait pernyataan Waketum Partai Gerindra (Fadli Zon) yang mengimbau masyarakat Indonesia untuk mencari pemimpin seperti Putin sebagai pengganti pemimpin yang ‘planga-plongo’ (yang hampir pasti ditujukan pada Presiden Indonesia Jokowi)," jelas Tsamara.
ADVERTISEMENT
Ia menegaskan, komentarnya tentang kepemimpinan Putin dalam video berdurasi 45 detik tersebut murni ditujukan kepada publik Indonesia saja. Sebab, Tsamara merasa wajib mengingatkan masyarakat Indonesia bahwa Putin bukanlah sosok pemimpin yang layak bagi Indonesia yang berkomitmen memperjuangkan demokrasi dan memerangi korupsi.
"Ketika saya mengkritik Putin, bukan berarti saya kemudian anti terhadap rakyat Rusia yang memiliki peradaban luar biasa. Ini sama saja ketika kita mengkritik Donald Trump dan cara-caranya memenangkan pemilu dengan menggunakan politik identitas, bukan berarti saya membenci rakyat Amerika Serikat," tambahnya.
Tsamara juga menjelaskan, penilaian soal sosok Putin yang diktator, otoriter, dan membiarkan korupsi terorganisir sudah banyak ditemukan di media dan lembaga riset ternama di negara-negara demokratis dunia. Tsamara mengaku, testimoninya hanya merujuk pada analisis tersebut.
ADVERTISEMENT
"Misalnya, survei The Economist tahun 2017 masih menempatkan Rusia sebagai negara dengan rezim otoritarian," tandasnya.
Unggahan Tsamara yang dipermasalahkan tersebut sebenarnya merupakan tanggapan dari cuitan Waketum Gerindra Fadli Zon soal 'Putin pemimpin yang ideal'. Dalam video tersebut, Tsamara menyebutkan Putin bukan pemimpin yang baik karena membungkam posisi dan pers di Rusia.
Tsamara juga menyebutkan, di Rusia tidak ada kebebasan beraspirasi seperti di Indonesia. Bahkan, praktik korupsi dibiarkan begitu saja, terlihat dari indeks persepsi korupsi Rusia yang berada di bawah Indonesia.
"Nah, kalau sudah begitu, yakin orang seperti itu mau dijadikan standard kepemimpinan? Kalau saya, tidak mau ada pemimpin seperti itu di Indonesia! Kalau kamu? Jadi kita tahu kan, kenapa Fadli Zon nggak berani debat dengan Tsamara," ujar Tsamara dalam videonya.
ADVERTISEMENT