Tubuh Antroposen: Pameran Seni yang Menyoal Krisis Ekologi

6 Juli 2024 11:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjung mengamati karya Pameran Tubuh Antroposen yang digelar di Selasar Sunaryo Art Space, Jalan Bukit Pakar Timur, Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Bandung, Jumat (5/7/2024). Foto: Robby Bouceu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung mengamati karya Pameran Tubuh Antroposen yang digelar di Selasar Sunaryo Art Space, Jalan Bukit Pakar Timur, Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Bandung, Jumat (5/7/2024). Foto: Robby Bouceu/kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak orang menyambangi Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space, Jumat petang (5/7). Muda-mudi hingga lansia, semuanya datang dengan maksud sama, yakni menyaksikan Pameran Tubuh Antroposen, pameran tunggal bagi seniman Asmudjo J. Irianto.
ADVERTISEMENT
Kepada kumparan, pria berambut gondrong itu menjelaskan bahwa Antroposen merupakan terminologi untuk menunjuk era geologi bumi mutakhir. Periodenya sendiri ditandai dengan perilaku manusia yang telah secara signifikan mempengaruhi kondisi ekologi bumi, semisal lewat industrialisasi dan modernisasi.
Pengunjung mengamati karya Pameran Tubuh Antroposen yang digelar di Selasar Sunaryo Art Space, Jalan Bukit Pakar Timur, Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Bandung, Jumat (5/7/2024). Foto: Robby Bouceu/kumparan
“Kalau ini berlangsung terus tanpa upaya preventif, ya bumi tidak habitable, tidak bisa didiami. Karena seperti global warming, naiknya permukaan laut itu berefek ke manusia,” katanya soal dampak ekstrim dari perilaku tersebut, Jumat (5/7).
Asmudjo J Irianto berfoto dengan karyanya dalam Pameran Tubuh Antroposen yang digelar di Selasar Sunaryo Art Space, Jalan Bukit Pakar Timur, Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Bandung, Jumat (5/7/2024). Foto: Robby Bouceu/kumparan
Untuk menyampaikan gagasan tersebut, dia pun memamerkan macam-macam lukisan serta patung-patung tubuh manusia, yang ditafsirkan rusak terdampak krisis ekologi. Mulai dari lukisan alam yang berkarat, tubuh yang mengucurkan oli, hingga ada juga yang tampak mengeluarkan jamur.
Pengunjung mengamati karya Pameran Tubuh Antroposen yang digelar di Selasar Sunaryo Art Space, Jalan Bukit Pakar Timur, Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Bandung, Jumat (5/7/2024). Foto: Robby Bouceu/kumparan
Mengenai inspirasi karyanya, Asmudjo mengaku bahwa itu bertolak dari konsep seni rupa kontemporer sendiri, yang menempatkan karya mesti jadi medium refleksi atas kondisi-kondisi kritis yang relevan.
ADVERTISEMENT
Pengunjung mengamati karya Pameran Tubuh Antroposen yang digelar di Selasar Sunaryo Art Space, Jalan Bukit Pakar Timur, Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Bandung, Jumat (5/7/2024). Foto: Robby Bouceu/kumparan
“Nah, seni rupa kontemporer itu dianggap penting, kalau dia merefleksikan atau mengkritik kondisi kritis. Apa yang penting? Ya kondisi sosial-budaya, termasuk ekologi. Makannya, kemudian saya ambil situasi kritis itu era antroposen tadi,” ungkapnya.
Sehubung dengan itu, dia berharap karyanya dapat jadi semacam pengingat atas masalah-masalah ekologi yang terjadi. Atau setidaknya, jadi sebuah mekanisme alternatif, untuk memahami masalah lingkungan yang kian menjadi.
Pembukaan pameran Tubub Antroposen Asmudjo J. Irianto di Selasar Sunaryo Art Space, Jalan Bukit Pakar Timur, Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Bandung, Jumat (5/7/2024). Foto: Robby Bouceu/kumparan