Tung Desem Waringin: Jangan Liburan Dulu, Sabar, Sebentar Lagi Vaksin

27 Oktober 2020 17:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyintas COVID-19 dan Motivator, Tung Desem Waringin. Foto: Covid19.go.id
zoom-in-whitePerbesar
Penyintas COVID-19 dan Motivator, Tung Desem Waringin. Foto: Covid19.go.id
ADVERTISEMENT
Libur panjang 28-30 Oktober 2020 dikhawatirkan menimbulkan lonjakan dan klaster baru virus corona. Penyintas COVID-19 sekaligus motivator, Tung Desem Waringin, meminta masyarakat memanfaatkan kegiatan di rumah dan menahan diri untuk tidak berlibur.
ADVERTISEMENT
"Saya pribadi itu juga sangat kangen, banyak orang yang saat liburan panjang, tuh, 'saya kan kesempatan untuk mudik', 'kesempatan untuk tilik (jenguk) orang tua kita', tapi sungguh tidak enak kalau kita menjadi penyebab menularkan orang tua," kata Tung Desem dalam Talkshow 'Liburan Aman Nyaman Tanpa Kerumunan' di Graha BNPB, Selasa (27/10).
Tung Desem Waringin. Foto: Facebook/@tungdesemwaringin.tdw
"Kalau bisa jangan [liburan] dulu, deh. Sabar dulu, sebentar lagi kan vaksin sudah, kita doakan vaksin semoga lancar, November vaksin (pemerintah batalkan vaksin November), Desember vaksin, Januari, Februari, Maret, April sudah mulai bisa hati Anda damai dan keluar dengan tenang," sambung motivator itu.
Tung mengakui 80 persen kasus corona di Indonesia adalah tanpa gejala. Namun, akan sangat berbahaya jika OTG menulari orang yang rentan, khususnya di lingkungan keluarga saat liburan bersama.
ADVERTISEMENT
Tung menilai, meski keluarga mematuhi protokol 3M saat liburan, kemungkinan saling menularkan bisa saja terjadi. Yang ia sorot adalah saat berkumpul dan makan bersama.
Kemacetan di jalur puncak saat libur panjang Tahun Baru Islam 1 Muharam 1442 Hijriah dan libur akhir pekan. Foto: Yulius Satria Wijaya/Antara Foto
"Tapi begitu kumpul? Yang paling parah itu apa? makan bersama. Even grup-grup dokter juga sama, problem penularan sekarang, klaster yang, dugaan saya, yang sangat besar itu makan bersama, ngobrol," kata Tung.
"Lah, kalau makan bersama masa diam-diam? Dan makan bersama boleh nggak, sih? Boleh, tapi jaga jarak. Tapi makan, tuh, Anda selalu buka, lho, pasti kan buka masker. Jadi makan bersama ini challenge yang luar biasa," tuturnya.
Tung menilai problem makan bersama harus menjadi perhatian besar masyarakat. Sebab, makan bersama menjadi potensi penularan yang besar karena seseorang mau tidak mau membuka maskernya dan berbincang dengan orang di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
"Saya bayangin, Anda mudik, Anda tamasya, makan di tempat umum, masker buka, kan? Jadi ini bahayanya seperti ini, mestinya tambahin M lagi, M yang keempat, Makan Berjauhan atau istilah Menghindari Makan Bersama," pungkas Tung.