Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
Merespons eskalasi konflik di Timur Tengah, Iran telah merencanakan serangan terhadap Israel. Meski begitu, eksekusinya akan menunggu momen yang tepat.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi, dalam acara buka puasa bersama sekaligus konferensi pers di kediamannya di Jakarta Pusat, Senin (24/3).
Iran dikenal sebagai salah satu negara pendukung kuat kemerdekaan Palestina.
Namun, dalam melancarkan serangan, Boroujerdi menekankan perlunya langkah yang tepat guna mencegah agresi Israel lebih lanjut dan menghindari ketegangan kawasan yang meluas.
“Kami sudah membalas saat konsulat Iran di Suriah diserang, itu adalah Janji Jujur Pertama. Ketika Israel menyerang Ismail Haniyeh, kami merespons dengan Janji Jujur Kedua. Sekarang, kami sedang mempertimbangkan langkah berikutnya,” kata Boroujerdi.
Menurutnya, Iran tidak ingin memperluas perang, namun jika diperlukan, pembalasan akan dilakukan untuk memberi efek jera.
“Kapan terlaksana? Saat Iran menilai dampaknya akan maksimal dalam mencegah serangan lanjutan Israel,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Solidaritas Iran untuk Palestina
Boroujerdi juga menyoroti pentingnya Hari Internasional Al-Quds, yang diperingati setiap Jumat terakhir Ramadan sebagai bentuk solidaritas global terhadap Palestina.
“Kita menyaksikan bagaimana Zionis melakukan pendudukan, pembunuhan massal, dan pengusiran warga Palestina. Ini bukan sekadar konflik, ini genosida,” katanya.
Ia menuding media internasional membingkai perang Israel sebagai konflik melawan kelompok tertentu seperti Hamas atau Hizbullah untuk menghindari solidaritas luas dari dunia Islam.
“Faktanya, yang terbunuh adalah perempuan dan anak-anak. Apakah mereka bagian dari Hamas?” tanya Boroujerdi.
Kritik terhadap Solusi Dua Negara
Boroujerdi pun menilai solusi dua negara tidak pernah benar-benar diterima oleh Israel.
“Sejak 40 tahun lalu, mereka menolak solusi dua negara. Mereka hanya menggunakan negosiasi sebagai kedok untuk melanjutkan pembunuhan dan pendudukan,” katanya.
Iran, jelasnya, akan selalu mendukung keputusan rakyat Palestina, termasuk opsi referendum yang melibatkan seluruh warga di wilayah pendudukan.
ADVERTISEMENT
Peran Media dalam Perang Narasi
Boroujerdi menutup sambutannya dengan pesan agar media tidak membiarkan agresi Israel dibenarkan melalui narasi yang salah.
“Jangan sampai genosida disebut sebagai ‘hak membela diri.’ Ini tugas kita sebagai jurnalis dan penulis untuk meluruskan fakta,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu Boroujerdi juga kembali menyampaikan apresiasinya kepada pemerintah dan masyarakat Indonesia atas dukungan terhadap Palestina.
“Hari ini, dunia menganggap pembunuhan terhadap Muslim di Gaza sebagai hal biasa. Tapi jika satu warga negara Barat terbunuh, pemberitaannya luar biasa. Ini yang harus kita ubah,” tutupnya.