Personil TNI AU menyemai garam atau NaCL

Turbulensi Jadi Tantangan Besar Modifikasi Hujan di Jabodetabek

3 Januari 2020 21:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah Personil TNI Angkatan Udara (AU) menyemai garam atau NaCL di perairan Selat Sunda, Jumat (3/1). Foto: Fanny Kusumawardhani
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah Personil TNI Angkatan Udara (AU) menyemai garam atau NaCL di perairan Selat Sunda, Jumat (3/1). Foto: Fanny Kusumawardhani
ADVERTISEMENT
Salah satu antisipasi banjir di kawasan Jabodetabek adalah menyemai awan di Selat Sunda. Namun, operasi yang diprakarasi oleh BPPT, BNPB dengan bantuan TNI AU itu memiliki tantangan besar, yakni turbulensi atau guncangan pada pesawat di udara.
ADVERTISEMENT
"Kesulitannya, dibandingkan dengan penerbangan biasa adalah tingkat turbulensinya, tingkat guncangan lebih besar daripada penerbangan biasa, karena penerbangan biasa menghindari awan di penerbangan ini kita mendatangi awan," kata pilot pesawat CN-295 skadron udara 2, Kapten (PNB) Gilang, usai melaksanakan satu sortie penerbangan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (3/1).
Tantangan penyemaian memang dirasakan para anggota. Pesawat harus mendatangi awan tebal Comulonimbus lalu menebar garam NaCl guna mempercepat proses hujan. Harapannya, hujan turun segera sebelum awan tersebut terbawa angin dan tiba di Jabodetabek.
Sejumlah Personil TNI Angkatan Udara (AU) menyemai garam atau NaCL di perairan Selat Sunda, Jumat (3/1). Foto: Fanny Kusumawardhani
kumparan berkesempatan mengikuti proses penyemaian awan potensi hujan ekstrem ini. Dengan pesawat angkut CN-295 milik Skadron Udara 2, garam seberat 2,4 ton itu mengudara.
Selain itu, penerbang mesti jeli melihat awan tebal. Beruntung, mereka dibantu oleh radar yang bisa menemukan lokasi awan tebal di kawasan barat Jabodetabek, yakni Selat Sunda dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
"Dengan menggunakan weather radar yang sudah ter-install di pesawat, kemudian kalau siang hari bisa terlihat secara visual kita laksanakan dengan visual," kata Gilang.
Selain itu, setiap sortie juga ditemani oleh satu teknisi dari BPPT. Teknisi itu duduk di kokpit, ia akan memberi aba-aba pada kru pesawat untuk menebar garam di saat yang tepat.
Sejumlah Personil TNI Angkatan Udara (AU) menyemai garam atau NaCL di perairan Selat Sunda, Jumat (3/1). Foto: Fanny Kusumawardhani
"Kita juga sudah bekerja sama dengan personel BPPT yang masuk ke dalam kru pesawat sebagai scientist, bertujuan untuk berkolaborasi dengan kru, menunjukkan potensi awan yang disemai," kata Gilang.
Hari ini merupakan operasi pertama Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) tersebut. Sepanjang hari, sudah ada 2 sortie penerbangan yang dilakukan oleh 2 Pesawat CN-295 dan 2 CASA 212.
Masing-masing pesawat membawa 2,4 ton garam NaCl untuk CN-295 dan 800 kilogram untuk CASA 212. Sebelumnya, Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal Yuyu Sutisna, bakal mendukung penuh rencana ini. Bahkan, jika dibutuhkan, ia siap untuk menambah sortie operasi TMC tersebut.
ADVERTISEMENT
"TNI AU akan terus dukung, kita akan sediakan selama dibutuhkan. Awal kita siapkan 2 kalau kurang kita tambah. Yang penting bencana banjir di seluruh Indonesia bisa kita kurangi dengan upaya modifikasi cuaca," kata Yuyu di Pangkalan Halim Perdanakusuma.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten