Turbulensi Langka Hantam Pesawat Hawaiian Airlines, 36 Penumpang Terluka

19 Desember 2022 16:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Turbulensi Pesawat Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Turbulensi Pesawat Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Sebanyak 36 orang mengalami cedera saat pesawat Hawaiian Airlines dalam penerbangan dari Phoenix menuju Kota Honolulu di Negara Bagian Hawaii, Amerika Serikat (AS), mengalami turbulensi parah pada Minggu (18/12).
ADVERTISEMENT
Penerbangan tersebut berhasil mendarat dengan selamat di Honolulu sekitar pukul 10.50 pagi waktu setempat.
Kendati demikian, turbulensi sempat menghantam sekitar 30 menit sebelum mendarat. Guncangan membuat para penumpang terlempar dari tempat duduk mereka. Kala itu, ada 278 penumpang dan sepuluh awak dalam pesawat Airbus A330.
Pihak berwenang segera memberlakukan 'darurat korban massal' yang mengerahkan puluhan petugas kebakaran dan paramedis.
Pasien yang berusia 14 bulan hingga dewasa mendapatkan perawatan setibanya di Gerbang 10A. Tiga pramugari berada di antaranya.
Para penumpang mengalami cedera kepala serius, luka, memar, mual, dan kehilangan kesadaran. Dari keseluruhan pasien yang terluka, 20 orang dilarikan ke ruang gawat darurat.
Direktur Departemen Layanan Darurat (EMS) Honolulu, Jim Ireland, mengabarkan bahwa sebelas pasien berada dalam kondisi serius. Sedangkan sembilan pasien lainnya stabil.
ADVERTISEMENT
"Meskipun awalnya kami mengira ada beberapa pasien dengan luka kritis, setelah penilaian lebih lanjut, ternyata mereka tidak begitu parah, itu hebat," tutur Ireland, dikutip dari Hawaii News Now, Senin (19/12).
"Pikiran dan doa kami bersama mereka semua dan keluarga mereka," imbuh dia.
Ilustrasi kursi pesawat. Foto: Thx4Stock/Shutterstock
Wakil Presiden Eksekutif dan Kepala Operasi Hawaiian Airlines, Jon Snook, menyebutnya sebagai kasus turbulensi udara sangat ekstrem.
Snook menggarisbawahi bahwa peringatan untuk mengencangkan sabuk pengaman sedang menyala pada saat kejadian.
"Terkadang, kantong udara ini muncul tanpa peringatan. Tingkat turbulensi ekstrem seperti itu jarang terjadi," jelas Snook.
"Kami sangat bersyukur tingkat cederanya tidak kritis. Ini bisa saja lebih buruk," lanjut dia.
Snook menerangkan, turbulensi muncul tepat sebelum atau pada saat pendaratan. Badan Cuaca Nasional (NWS) meyakini turbulensi berlangsung saat pesawat berada pada ketinggian sekitar 36.000 kaki.
ADVERTISEMENT
"Kami yakin penerbangan tersebut mungkin melewati badai petir, yang mungkin menyebabkan turbulensi parah," papar ahli meteorologi NWS, Genki Kino.
"Selama waktu itu, ada badai petir yang tersebar di mana-mana," sambung dia.
Ilustrasi petir. Foto: NTARA FOTO/Iggoy el Fitra/ama.
Insiden tersebut terjadi saat hawa dingin yang kuat tengah berdampak pada Hawaii. Snook menyinggung adanya 'banyak udara yang tidak stabil' di sekitar pulau itu.
Penyelidikan untuk menentukan penyebab turbulensi, termasuk dari Badan Penerbangan Federal (FAA) AS, sedang berlangsung.
"Tidak ada peringatan tentang turbulensi khusus ini," ungkap Snook.
Seorang penumpang, Kaylee Reyes, mengatakan bahwa turbulensi terjadi tanpa peringatan. Saat guncangan, ibunya baru saja duduk sehingga belum sempat memasang sabuk pengaman.
"Dia terlempar dan menabrak langit-langit," ujar Reyes.
Seorang penumpang lainnya, Jazmin Bitanga, menyebut ada dua penurunan ketinggian intens. Turbulensi terjadi begitu kuat sehingga botol air minum milik pacarnya terlempar ke langit-langit dan pecah.
ADVERTISEMENT
"Saya menoleh dan ada beberapa orang berdarah dan berusaha menguatkan diri," ungkap Bitanga.
"Di sekeliling saya ada orang-orang yang menangis," tambahnya.