UGM Kembangkan Aplikasi Deteksi Lubang Gigi Pakai Teknologi AI

23 Desember 2022 13:54 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Prodi Sarjana Teknik Biomedis Fakultas Teknik UGM Igi Ardiyanto menunjukkan aplikasi pendeteksi kerusakan gigi berbasis AI buatannya, Jumat (23/12/2022). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Prodi Sarjana Teknik Biomedis Fakultas Teknik UGM Igi Ardiyanto menunjukkan aplikasi pendeteksi kerusakan gigi berbasis AI buatannya, Jumat (23/12/2022). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan aplikasi deteksi kesehatan gigi bernama KLINIKOO Dental Scanning. Riset yang dipimpin oleh Ketua Prodi Sarjana Teknik Biomedis Fakultas Teknik UGM Igi Ardiyanto itu memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
ADVERTISEMENT
"Aplikasi digunakan untuk mendeteksi secara dini kerusakan gigi. Bisa skrining mandiri, kerusakan gigi seberapa parah " kata Igi Ardiyanto ditemui di UGM, Jumat (23/12).
Di aplikasi tersebut, foto gigi akan dianalisis secara pintar oleh AI dengan memanfaatkan teknologi computer vision dan machine learning serta pengembangan algoritma AI.
Setelah foto gigi dianalisis, aplikasi akan menampilkan perkiraan gigi berlubang, saran perawatan gigi, dan rekomendasi apabila perlu ke dokter gigi.
"Kalau sudah diketahui (kerusakannya) akan membantu ketika mereka akan mengunjungi dokter gigi," katanya.
Aplikasi ini juga bisa menjadi deteksi kerusakan gigi secara dini. Banyak yang merasa giginya sehat, tetapi ternyata memiliki potensi karies. "Sebelum sakit pun sudah tahu seperti apa kondisi giginya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Penggunaan kamera intra oral yang diintegrasikan dengan ponsel juga bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi gigi yang berada di sudut dan sulit dijangkau kamera ponsel. Igi mengeklaim aplikasi yang dia kembangkan memiliki akurasi hingga 80 persen.
Akurasi aplikasi juga akan meningkat seiring waktu dan banyaknya pengguna. Data akan dikumpulkan oleh sistem AI dan secara otomatis meningkatkan kecerdasan aplikasi.
Lalu bagaimana masa depan kesehatan gigi ke depan?
Igi menyebut, AI akan membantu banyak. Akan tetapi, penanganan tetap harus dilakukan dokter gigi. AI hanya sebagai pembantu ahli.
"Pada dasarnya yang bisa dilakukan AI sangat banyak, tapi catatan AI digunakan bersama expert, tidak untuk menggantikan, tapi untuk kolaborasi bersama. Terutama dalam dunia medis semua harus dilakukan cek ricek, expert tidak bisa dilepas begitu saja. Karena terkait kesehatan manusia dan nyawa manusia," tegasnya.
Ilustrasi dokter gigi Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Sementara itu, CEO KLINIKOO, M Andy Zaky, mengatakan Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 mencatat lebih dari separuh penduduk Indonesia mengalami masalah gigi. Sementara hanya sekitar 7 persen anak di Indonesia yang bebas karies.
ADVERTISEMENT
"Dari riset yang sama hanya sekitar 10 persen penduduk Indonesia yang perawatan ke dokter gigi. Ke dokter gigi kalau kita sudah di level penderitaan tidak tertahankan," kata Andy Zaky.
Zaky menyebut, AI akan dikembangkan tidak hanya untuk masyarakat tapi juga bagi dokter gigi. Menurutnya, selama ini dokter gigi kerap mendiskusikan kasus yang mereka alami. Dengan AI, data-data dari dokter gigi itu bisa diolah dan menjadi aplikasi yang membantu diagnosis dokter.
"Pengalaman ratusan dokter gigi dikombinasi satu sistem, case yang dialami bisa terkumpul dan bisa membantu dokter gigi di mana pun untuk menetapkan diagnosis yang tepat," pungkasnya.
Aplikasi KLINIKOO Dental Scanning dikembangkan bersama PT Ceria Inovasi Internasional (KLINIKOO). Masyarakat bisa mengakses aplikasi tersebut melalui laman https://ugm.id/klinikoo. Di masa akan datang, aplikasi diharapkan tersedia di Google Play store.
ADVERTISEMENT