Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Uhang Pandak, Legenda Orang Pendek dari Kerinci
28 Maret 2017 10:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Legenda orang pendek ada di seluruh hutan Sumatera. Termasuk di Taman Nasional Gunung Kerinci Seblat, di bagian Jambi. Di sana, ada legenda Uhang Pandak yang berarti orang pendek dalam bahasa setempat.
ADVERTISEMENT
Seperti orang pendek lainnya, Uhang Pandak disebut hidup di pedalaman hutan. Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Kerinci Seblat, Muhammad Arief Toengkagie, pun pernah mendengar kabar adanya Uhang Pandak.
"Sepuluh tahun lalu terakhir saya dapat laporan ada yang bertemu di hutan," kata Arief saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Selasa (28/3).
Arief menyebutkan orang yang terakhir kali melapor kepadanya pernah melihat Uhang Pandak adalah pencari rotan. "Kalau mencari rotan itu kan sampai ke dalam hutan sekali," sebutnya.
Namun, kata Arief, pihaknya tidak pernah berniat membuktikan keberadaan Uhang Pandak di Taman Nasional seluas 1,3 juta hektar itu. Meski ada mitos di antara masyarakat kerinci jika melihat Uhang Pandak di dalam hutan, akan mendapat rezeki dalam waktu dekat. "Kami fokus saja pada penjagaan dan pemeliharaan," katanya.
ADVERTISEMENT
Meski penampakannya diketahui sudah tampak sejak jaman kolonial Belanda, penelitian serius mengenai Uhang Pandak, terakhir kali dilakukan Debbie Martyr.
Debbie pertama kali mengunjungi Sumatera pada bulan Juli 1989 sebagai seorang penulis. Bersama pemandunya, Jamruddin, Debbie berkemah di lereng Gunung Kerinci di mana dia bisa melihat badak Sumatera dan harimau Sumatera. Jamruddin mengisahkan kepada Debbie bahwa dirinya pernah dua kali melihat Orang Pendek di Gunung Tujuh Kerinci.
Saat itu Debbie masih belum percaya pada ucapan Jamruddin tentang Orang Pendek, sampai akhirnya di tahun 1990, dirinya melihat sendiri penampakan Orang Pendek Sumatera.
"Saya melihatnya di pertengahan September, Saya telah di sini selama empat bulan. Pada waktu itu saya 90 persen yakin bahwa ada sesuatu di sini, itu semua bukan hanya cerita turun-temurun saja. Ketika aku melihatnya, itu sama sekali tidak terlihat seperti binatang yang pernah aku baca di buku dan film yang pernah aku lihat atau kebun binatang yang pernah saya kunjungi. Saya terkejut melihat dia berjalan agak seperti seorang manusia," tulisnya.
ADVERTISEMENT
"Itu relatif sangat kecil, namun sangat kuat. Jika Anda melihat itu sebagai hewan maka dia akan terlihat menyerupai siamang atau owa ungko. Ini tidak terlihat seperti orang utan, proporsi mereka sangat berbeda. Tubuh mereka berbentuk seperti seorang petinju, dengan tubuh bagian atas yang besar. Warna bulu mereka terlihat cantik, bergerak dengan dua kaki dan berusaha agar tidak terlihat," tambahnya.