Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Ulama terkemuka Irak, Moqtada Sadr, meminta pemerintahan yang dipimpin Perdana Menteri Adel Abdel Mahdi mengundurkan diri. Seruan tersebut merupakan buntut memburuknya kondisi Irak akibat dihantam demo besar.
ADVERTISEMENT
Mantan pemimpin milisi Syiah tersebut suaranya sangat berpengaruh di Irak. Ia juga pemimpin dari kelompok politik terbesar di parlemen Irak.
Sadr menegaskan, pengunduran pemerintahan adalah hal yang perlu dilakukan saat ini demi mencegah jatuhnya korban jiwa lebih banyak lagi.
"Pemerintahan harus mundur dan pemilu mesti dipercepat di bawah pengawasan PBB," Sadr, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (5/10).
"Saya tidak bisa diam melihat pertumpahan darah di Irak," sambung dia.
Sampai Jumat (4/10) lalu, demo telah di Irak telah berlangsung selama empat hari. Unjuk rasa digelar demi memprotes korupsi dan tingkat pengangguran tinggi.
Laporan Komisioner HAM Irak, selama empat hari demo, sebanyak 60 warga Irak, terdiri dari polisi dan sipil, kehilangan nyawa.
ADVERTISEMENT
Di samping korban tewas, lebih dari 1.600 warga Irak lainnya menderita cedera.
Aparat keamanan Irak menolak disalahkan atas tewasnya warga sipil. Mereka berdalih ada penembak jitu dari pihak tak bertanggung jawab yang melepaskan tembakan ke arah demonstran.
Hingga Jumat (4/10) lalu, kondisi Irak semakin memburuk. Suara senapan mesin bahkan terdengar di hampir seluruh penjuru Irak.