Undip Evaluasi PPDS di RS Kariadi Buntut Kasus Dokter Senior Bully Junior

2 September 2024 13:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ratusan civitas akademika Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegero (Undip) Semarang menggelar apel pagi dan doa bersama dalam rangka dukungan terhadap Dekan FK Undip dr Yan Wisnu yang diberhetikan  aktivitas kliniknya di RSUP dr Kariadi. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ratusan civitas akademika Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegero (Undip) Semarang menggelar apel pagi dan doa bersama dalam rangka dukungan terhadap Dekan FK Undip dr Yan Wisnu yang diberhetikan aktivitas kliniknya di RSUP dr Kariadi. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
ADVERTISEMENT
Universitas Diponegoro (Undip) Semarang masih melakukan evaluasi terkait Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di RSUP Dr. Kariadi buntut kematian dokter Aulia dan dugaan adanya perundungan.
ADVERTISEMENT
"Sekarang sedang kita lakukan evaluasi memang. Sekarang sedang diskusi serius di rektorat, bagaimana sikap kita ke depan. Tapi yang mau kita lakukan sekarang adalah kita menghargai ini negara hukum. Kita menunggu hasil investigasi keluar sampai tuntas," ujar Wakil Rektor IV Undip, Wijayanto PhD, saat menghadiri apel solidaritas di FK Undip di kampus Tembalang, Senin (2/9).
Apel solidaritas itu merupakan dukungan kepada Dekan FK Undip Dr.dr. Yan Wisnu yang diberhentikan sementara dari posisi praktiknya di RSUP Dr. Kariadi. Yan adalah dokter spesialis onkologi yang mengobati pasien kanker.
Yan diberhentikan sementara oleh Kemenkes sebagai bagian dari upaya menyelidiki kasus dugaan perundungan terhadap dokter Aulia. Penyelidikan juga dilakukan oleh polisi.
Peserta aksi apel solidaritas mengenakan baju dan pita serba hitam.
Wakil Rektor IV Undip, Wijayanto, S.IP., M.Si., Ph.D. Foto: Dok Undip
Selain dokter Aulia, kasus perundungan yang mengemuka adalah adanya senior PPDS yang minta juniornya makan nasi padang 5 bungkus sekaligus.
ADVERTISEMENT
Atas kasus-kasus dugaan perundungan itu, apakah ada kemungkinan PPDS Undip di RSUP Dr Kariadi dihentikan? Atas pertanyaan ini, Wijayanto masih belum bisa memastikan. Namun, ia menyebut Undip memiliki rumah sakit sendiri, yakni Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Undip.
RSUP Dr Kariadi Semarang pada masa pandemi COVID-19, 27 Februari 2020. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
"Kita masih belum bisa menjawab itu. Kita tunggu hasil investigasinya. Ya, kan kita punya rumah sakit sendiri, yang juga bagus banget sebenarnya. Kita bisa gunakan itu," jelas dia.
Namun, menurutnya, Undip dan RSUP Dr. Kariadi memiliki sejarah yang kuat. Banyak dokter di RSUP Dr. Kariadi yang merupakan lulusan Undip.
"Ada hubungan kesejarahan dengan Kariadi, yang itu menurut saya tidak bisa diputus begitu saja," kata Wijayanto.

Latar Belakang

Pernyataan RSUD Kardinah, Kota Tegal, atas meninggalnya salah satu dokternya, Agustus 2024. Foto: Instagram/@rsud_kardinah
Undip disorot usai salah satu mahasiswanya, dokter Aulia Risma, ditemukan meninggal di kosannya pada Senin (12/8). Dokter Aulia diduga bunuh diri karena tak kuat di-bully seniornya.
ADVERTISEMENT
Aulia merupakan dokter RSUD Kardinah Tegal yang juga peserta Program Studi Anestesi PPDS FK Universitas Diponegoro.
Kemenkes dan polisi bekerja sama menyelidiki kasus ini. Sejumlah bukti dikumpulkan, seperti catatan harian dokter Aulia, rekaman voice note hingga kesaksian-kesaksian rekan dokter Aulia.
Surat Kemenkes soal dugaan kasus bunuh diri peserta PPDS Undip di RS Kariyadi Semarang, Agustus 2024 Foto: Dok. Istimewa
Pada 14 Agustus, Kemenkes membekukan sementara Prodi Anestesi untuk investigasi. Pada 15 Agustus, Rektor Undip menegaskan tak ada perundungan di PPDS Prodi Anestesi.
Ratusan civitas akademika Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegero (Undip) Semarang menggelar apel pagi dan doa bersama dukungan kepada Dekan FK Undip dr Yan Wisnu yang diberhetikan aktivitas kliniknya di RSUP dr Kariadi Semarang, Senin (2/9). Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
Kemenkes kemudian menangguhkan praktik Dekan FK Undip Dr.dr. Yan Wisnu di RSUP Dr Kariadi. Kebijakan ini memicu protes di lingkungan FK Undip sehingga mereka mengadakan apel solidaritas mendukung Yan Wisnu — yang baru jadi Dekan FK pada 15 Januari 2024.
Pada Minggu (1/9), Kemenkes menyatakan, berdasar hasil penyelidikan, dokter Aulia "dipalak" seniornya Rp 20-40 juta/bulan.
Siaran pers Rektor Undip membantah bullying di Prodi Anestesi PPDS FK Undip, 15 Agustus 2024. Foto: Dok Undip