Undip Sebut Dokter PPDS yang Bunuh Diri Punya Riwayat Sakit, Ingin Mundur

15 Agustus 2024 13:47 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prof Dr Suharnomo. Foto: UNDIP
zoom-in-whitePerbesar
Prof Dr Suharnomo. Foto: UNDIP
ADVERTISEMENT
Aulia Risma Lestari (30), dokter RSUD Kardinah Kota Tegal yang sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Prodi Anastesi di Universitas Diponegoro (Undip) bertempat di RS Kariadi Semarang, ditemukan tewas di kosannya, Rabu (14/8/2024).
ADVERTISEMENT
Polisi menduga Aulia bunuh diri karena tak kuat menahan bullying selama menjalani PPDS.
Universitas Diponegoro (Undip) Semarang buka suara terkait hal ini. Berdasarkan hasil investigasi internal Undip, tidak benar Aulia bunuh diri karena bullying.
"Mengenai pemberitaan meninggalnya Almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan yang terjadi, dari investigasi internal kami, hal tersebut tidak benar," tegas Rektor Undip Suharnomo melalui keterangan tertulis, Kamis (15/8).
Suharmono mengatakan dokter Aulia memiliki masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi proses belajar. Aulia juga berniat untuk mengundurkan diri, namun tidak bisa karena ia merupakan mahasiswa penerima beasiswa.
"Berdasarkan kondisi kesehatannya, almarhumah sempat mempertimbangkan untuk mengundurkan diri, namun karena beliau adalah penerima beasiswa sehingga secara administratif terikat dengan ketentuan penerima beasiswa, sehingga almarhumah mengurungkan niat tersebut," ujar Suharnomo.
ADVERTISEMENT
Selama ini, kata Suharnomo, korban dikenal sebagai mahasiswi yang sangat berdedikasi. Terkait dengan sakit yang diderita korban, Undip mengaku tidak bisa membukanya untuk umum.
Pernyataan RSUD Kardinah, Kota Tegal, atas meninggalnya salah satu dokternya, Agustus 2024. Foto: Instagram/@rsud_kardinah
"Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai konfidensialitas medis dan privasi almarhumah, kami tidak dapat menyampaikan detail masalah kesehatan yang dialami selama proses pendidikan," ucapnya.
Selain itu, selama ini pengelola Program Studi Anestesi juga turut memantau perkembangan kondisi kesehatan korban selama pendidikan.
"Menyikapi problem kesehatan yang dialami almarhumah dengan memantau secara aktif perkembangan kondisi yang bersangkutan selama proses pendidikan," jelas dia.
RSUP dr Kariadi Semarang pada masa pandemi COVID-19, 27 Februari 2020. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Undip juga menyampaikan duka cita atas meninggalnya korban dan membantah korban bunuh diri karena mengalami perundungan atau bullying.
"Mengenai pemberitaan meninggalnya almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan yang terjadi, dari investigasi internal kami, hal tersebut tidak benar. Almarhumah selama ini merupakan mahasiswi yang berdedikasi dalam pekerjaannya," kata Suharnomo.
ADVERTISEMENT
Siaran pers Rektor Undip membantah bullying di Prodi Anestesi PPDS FK Undip, 15 Agustus 2024. Foto: Dok Undip
Pemberitaan sebelumnya, korban diduga menderita depresi.
Kapolsek Gajahmungkur Kompol Agus Hartono mengatakan, informasi soal kondisi korban diketahui setelah polisi menemukan buku harian korban di kamar kosnya. Dalam buka hariannya, korban sempat menyinggung tentang seniornya.
"Itu kan kelihatannya merasa berat dalam arti itu pelajarannya berat, dengan senior-seniornya itu berat. Seniornya itu kan perintahnya sewaktu-waktu minta ini itu, ini itu, keras," ujar Agus saat dihubungi wartawan, Rabu (14/8).