Unesco Datang ke Yogya, Cek Kelayakan Sumbu Filosofi Sebagai Warisan Dunia

25 Agustus 2022 14:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sumbu filosofi Yogya. Foto: Pemprov DIY
zoom-in-whitePerbesar
Sumbu filosofi Yogya. Foto: Pemprov DIY
ADVERTISEMENT
Beberapa hari ini tim dari Unesco datang ke Yogyakarta. Mereka sedang menilai Sumbu Filosofi Yogya sebagai Warisan Dunia The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks.
ADVERTISEMENT
Sumbu Filosofi Yogya tak lain adalah sumbu garis lurus yang menghubungkan antara Tugu Golong-gilig atau Pal Putih-Kraton Yogyakarta-Panggung Krapyak. Garis imajiner itu turut melintasi Malioboro.
Terkait hal ini, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X atau Sultan HB X mengatakan pada tahun lalu sudah ada komunikasi pihaknya dengan Unesco. Lalu, saat ini Unesco datang untuk penilaian.
"Dia (Unesco) ngecek ke sini persyaratan-persyaratan yang ditanyakan dari program yang kita tawarkan kepada Unesco sudah kita jawab, ada pertanyaan lagi itu kekurangannya itu sudah kita aplikasikan nggak di sini. Kalau sudah, kita aplikasikan sesuai harapannya, serius tidak dan sebagainya," kata Sultan di Kepatihan Pemda DIY, Kamis (25/8).
Garis imajiner sumbu filosofi DIY. Foto: Pemprov DIY
Nantinya, Unesco akan melakukan evaluasi dan melakukan sidang di hadapan 22 negara anggota. Nantinya 22 negara anggota itu yang akan memutuskan apakah Sumbu Filosofi itu masuk sebagai warisan dunia.
ADVERTISEMENT
Sultan mengatakan jika sudah ada penetapan dari Unesco, maka tidak bisa membangun bangunan sembarangan di seputaran Sumbu Filosofi Yogyakarta.
"Penetapan itu nanti kalau ada pembangunan dan sebagainya sesuai keputusan Unesco tidak sembarang asal ngizinke," katanya.
Termasuk pula, provinsi maupun kabupaten kota tidak bisa seenaknya sendiri memberikan izin untuk pembangunan.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan Grha Keris pada 22 Agustus kemarin. Foto: Dok. Humas Pemda DIY
Jika hal-hal tersebut tidak dipatuhi, maka Unesco bisa saja mencabut status warisan dunia itu.
"(Bisa) dicabut sama Unesco," katanya.
Dilansir dari situs Pemprov DIY, pembangunan Yogyakarta dirancang oleh Sultan Hamengku Buwana I dengan landasan filosofi yang sangat tinggi.
Sultan Hamengku Buwana I menata Kota Yogyakarta membentang arah utara-selatan dengan membangun Keraton Yogyakarta sebagai titik pusatnya. Sultan juga mendirikan Tugu Golong-gilig (Pal Putih) di sisi utara keraton, dan Panggung Krapyak di sisi selatannya. Dari ketiga titik tersebut apabila ditarik suatu garis lurus akan membentuk sumbu imajiner yang dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta.
ADVERTISEMENT