Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pemerintah pun berusaha menenangkan masyarakat agar tidak panik, namun tetap waspada.
Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, misalnya. Terawan meminta masyarakat tidak perlu panik dan heboh. Sebab angka kematian corona lebih rendah daripada flu.
"Padahal kita punya flu yang biasa terjadi pada kita, batuk pilek itu angka kematiannya lebih tinggi dari yang ini, corona. Tapi kenapa ini bisa hebohnya luar biasa?" kata Terawan di Kemenkes, Jakarta, Senin (2/3).
"Saya sebagai Menteri Kesehatan, ya, saya juga hanya mengimbau mau dibikin horor, heboh, atau pun tidak, itu tergantung kita semua. Dari sudut pandang kita, bagaimana kita memberitakannya," sambungnya.
Lalu benarkah angka kematian akibat flu lebih tinggi daripada virus corona?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, tak menyinggung soal angka kematian corona dan flu. Alih-alih itu, WHO menggunakan tingkat kematian sebagai parameter untuk mengukur seberapa ganas corona saat dibandingkan dengan flu.
ADVERTISEMENT
Angka kematian sendiri merujuk pada agregat jumlah korban tewas dalam kurun waktu tertentu. Sementara itu, tingkat kematian merujuk pada rasio jumlah orang yang tewas dengan orang yang terpapar virus.
WHO melihat bahwa tingkat kematian akibat corona lebih tinggi daripada flu musiman. Belum ditemukannya vaksin menyebabkan orang yang terpapar lebih berisiko untuk meninggal dunia.
"Secara global, sekitar 3,4% dari COVID-19 kasus yang dilaporkan telah meninggal. Sebagai perbandingan, flu musiman umumnya membunuh jauh lebih sedikit dari 1% dari mereka yang terinfeksi," ujar Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Selasa (3/3) waktu setempat.
Meski demikian, kata Tedros, tingkat penyebaran virus corona lebih rendah ketimbang flu. Selain itu, virus corona tidak bisa menyerang orang yang sehat.
ADVERTISEMENT
Sehingga menurut Tedros, negara bisa mengendalikan penyebaran virus corona.
"Kita tidak dapat memperlakukan COVID-19 persis seperti cara kita mengatasi flu," ucap Tedros.