UNHCR Puji Pemerintah RI dan Warga Aceh yang Terima Pengungsi Rohingya

15 September 2020 20:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengungsi etnis Rohingya diselamatkan kapal nelayan Indonesia di pesisir Pantai Seunuddon, Aceh Utara, Aceh, Foto: Rahmad/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi etnis Rohingya diselamatkan kapal nelayan Indonesia di pesisir Pantai Seunuddon, Aceh Utara, Aceh, Foto: Rahmad/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Ratusan pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh 7 September 2020 diterima baik oleh pemerintah dan warga setempat dengan alasan kemanusiaan. Sikap ini mendapat pujian dari Badan Pengungsi PBB (UNHCR).
ADVERTISEMENT
UNHCR memuji Pemerintah Indonesia dan masyarakat lokal di Aceh yang menerima mereka (pengungsi) dan memobilisasi dukungan untuk segera memenuhi kebutuhan dasar mereka,” ungkap jubir UNHCR Shabia Mantoo dalam press briefing di Palais des Nations, Jenewa, Selasa (15/9), seperti dikutip dari situs UNHCR.
“Episode tragis ini menjadi pengingat yang gamblang bagi negara-negara di kawasan bahwa tindakan cepat untuk menyediakan pelabuhan yang aman bisa menyelamatkan puluhan nyawa,” sambung Mantoo.
Sebanyak 296 pengungsi Rohingya terdampar di Aceh pada 7 September 2020. Perahu yang membawa mereka diselamatkan oleh warga di Pantai Ujong Blang, Lhokseumawe, setelah selama 7 bulan terkatung-katung di lautan.
Imigran Rohingya kembali terdampar di Aceh. Foto: Dok. Istimewa
Ini merupakan rombongan pengungsi Rohingya terbesar yang diselamatkan warga Aceh jika dibandingkan rombongan sebelum-sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Mereka kemudian ditampung di tempat darurat, mendapatkan kebutuhan dasar, dan menjalani rapid test COVID-19. Tiga di antara pengungsi meninggal dunia beberapa hari kemudian karena kondisi kesehatan mereka yang kurang baik.
“UNHCR berduka atas kematian tiga pengungsi Rohingya yang mendarat di Aceh, Indonesia, pekan lalu. Satu pemuda dan dua remaja putri, semuanya berusia di bawah 25 tahun, kini telah meninggal dunia,” ungkap Mantoo.

Mayoritas Pengungsi Rohingya Perempuan dan Anak-anak

UNHCR juga sangat prihatin tentang kesehatan pengungsi Rohingya, lebih dari sepertiganya diidentifikasi membutuhkan rawat inap dan perawatan medis.
“Mayoritas kelompok (empat dari lima) adalah perempuan dan anak-anak dan sekitar setengahnya adalah perempuan di bawah usia 18 tahun,” ungkap Mantoo.
Pengungsi Rohingya kelelahan saat melarikan diri. Foto: REUTERS / Hannah McKay
Disebutkan juga, banyak anak tanpa orang tua dan sebagian lainnya tidak didampingi wali. Setidaknya satu anak laki-laki, berusia 12 tahun, ditinggalkan tanpa pengasuh selama perjalanan ketika ayahnya meninggal.
ADVERTISEMENT
“Lebih dari 30 orang dilaporkan tewas selama perjalanan di laut, yang dimulai di Cox's Bazar, Bangladesh, dan berlangsung selama tujuh bulan. Mereka yang selamat berada dalam kondisi fisik yang rapuh dan mengalami trauma berat,” imbuh Mantoo.
“Médecins Sans Frontières (Dokter Lintas Batas) telah mengerahkan tim kesehatan darurat untuk melakukan penilaian medis dan UNHCR telah mulai mendistribusikan tablet B1 untuk pengobatan kekurangan vitamin yang menyebabkan gejala yang sesuai dengan penyakit beri-beri,” ungkapnya.
Bagaimana Sikap Indonesia?
Menlu RI Retno Marsudi dalam pertemuan antar Menlu ASEAN. Foto: Dok. Kemlu
Warga Rohingya sejak 2017 terpaksa menyelamatkan diri dari rumah mereka di Rakhine State untuk menghindari kekerasan oleh militer Myanmar. Lalu bagaimana sikap Indonesia?
ADVERTISEMENT
“Selain itu, kita juga mendesak perlunya responsibility sharing khususnya oleh negara-negara pihak Konvensi Pengungsi 1951, organisasi-organisasi internasional, dan LSM yang selama ini memiliki perhatian terhadap isu ini, untuk berkontribusi secara nyata terhadap isu irregular migrants,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Sabtu (12/9) seperti dikutip dari Antara.
Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi meninggalkan Mahkamah Internasional (ICJ) usai persidangan dugaan genosida terhadap Muslim Rohingya. Foto: REUTERS/Eva Plevier
Isu mengenai warga Rohingya terus disuarakan Indonesia dalam berbagai forum internasional termasuk rangkaian Pertemuan Menlu ASEAN (AMM) ke-53.


Pasalnya, masalah ini telah menjadi isu regional ketika para pengungsi Rohingya yang ditolak kewarganegaraannya di Myanmar, bermigrasi secara ilegal dari kamp-kamp pengungsi di Cox’s Bazar, Bangladesh, ke negara-negara lain untuk mencari kehidupan yang lebih baik.


ADVERTISEMENT
Aksi demo di India menentang pembantaian Muslim Rohingya Foto: Adnan Abidi/Reuters
Terkait arus pengungsi terbaru yang mendarat di Aceh, Menlu Retno menegaskan bahwa keputusan Indonesia untuk sementara menampung para migran Rohingya tersebut adalah atas dasar kemanusiaan dan demi mengatasi situasi darurat, karena ratusan orang tersebut sudah terapung-apung di laut selama tujuh bulan tanpa kejelasan nasib.
“Saat ini, mereka ditampung di BLK Meunasah, Lhokseumawe, tempat yang sama yang digunakan untuk penampungan 99 irregular migrants Rohingya sebelumnya,” kata Retno.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.