UNIFIL Berhak Laporkan Pelanggaran dan Gunakan Senjata untuk Bela Diri

12 Oktober 2024 16:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Operasi Perdamaian, Jean-Pierre Lacroix dan Kepala Misi dan Komandan Pasukan UNIFIL, Letnan Jenderal Aroldo Lazaro, mengunjungi Posisi PBB 1-21 yang terletak di Garis Biru dekat Ramieh, Lebanon selatan. 12 Januari. Foto: Pasqual Gorriz/PBB
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Operasi Perdamaian, Jean-Pierre Lacroix dan Kepala Misi dan Komandan Pasukan UNIFIL, Letnan Jenderal Aroldo Lazaro, mengunjungi Posisi PBB 1-21 yang terletak di Garis Biru dekat Ramieh, Lebanon selatan. 12 Januari. Foto: Pasqual Gorriz/PBB
ADVERTISEMENT
Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) memiliki mandat untuk menjaga stabilitas kawasan dan melindungi warga sipil.
ADVERTISEMENT
Sebagai bagian dari misi penjaga perdamaian, UNIFIL diizinkan untuk menggunakan senjata dalam situasi tertentu, terutama untuk membela diri atau ketika menghadapi ancaman langsung.
Selain itu, UNIFIL juga dapat menggunakan kekuatan secara proporsional jika diperlukan guna mencegah wilayah operasinya digunakan untuk aktivitas militer yang berpotensi membahayakan.
Dikutip dari situs resmi UNIFIL, mandat yang diatur dalam resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 memberikan hak bagi pasukan UNIFIL untuk melaporkan pelanggaran dan mengambil tindakan preventif.
Ketika terjadi pelanggaran, UNIFIL segera menempatkan pasukan tambahan di lokasi kejadian untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Misi ini bekerja sama erat dengan Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF) dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk meredakan ketegangan dan memastikan situasi terkendali.
Jika terjadi insiden di perbatasan Blue Line—garis demarkasi antara Lebanon dan Israel—UNIFIL sering kali mengerahkan pasukan tambahan untuk mencegah eskalasi dan menjaga situasi tetap terkendali.
ADVERTISEMENT

Alutsista dan Operasi Lapangan

Pasukan penjaga perdamaian UNIFIL dari Indonesia sedang berpatroli di sepanjang Garis Biru di sekitar El Odeisse, Lebanon selatan. 16 Februari 2023. Pasqual Gorriz (UNIFIL) Foto: Pasqual Gorriz (UNIFIL)
Dalam menjalankan tugasnya, UNIFIL menggunakan berbagai peralatan militer, termasuk kendaraan lapis baja ringan, tank pengintai, serta alat komunikasi canggih.
Selain itu, UNIFIL memiliki Maritime Task Force yang mengawasi perairan Lebanon guna mencegah penyelundupan senjata. Di darat, pasukan patroli dan pengawasan intensif dilakukan di sepanjang Blue Line, terutama di area yang sensitif.
Tak hanya menjaga keamanan, UNIFIL juga memberikan kontribusi kemanusiaan kepada penduduk lokal. Meskipun bukan lembaga bantuan kemanusiaan, kontingen UNIFIL sering kali menyediakan layanan medis, pengobatan gigi, hingga pelatihan keterampilan bagi masyarakat setempat.
Beberapa program pelatihan yang diadakan termasuk pertanian, keterampilan komputer, bahasa, dan kewirausahaan.
Sejumlah personel TNI AL yang tergabung dalam Satgas Maritime Task Force (MTF) KONGA XXVIII-O/UNIFIL TA 2023 melakukan penghormatan sebelum diberangkatkan di Koarmada II, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (6/12/2023). Foto: Didik Suhartono/Antara Foto
Dengan kekuatan sekitar 10.058 penjaga perdamaian dari 50 negara, UNIFIL beroperasi di sepanjang Blue Line, wilayah pemisah antara Lebanon dan Israel.
ADVERTISEMENT
Negara-negara seperti Indonesia, Italia, Ghana, dan Malaysia menjadi kontributor utama pasukan. Tugas utama mereka adalah memastikan kepatuhan terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 (2006), yang menekankan gencatan senjata dan mencegah terjadinya pelanggaran di wilayah tersebut.
Ketika terjadi pelanggaran, UNIFIL segera menempatkan pasukan tambahan di lokasi kejadian untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Misi ini bekerja sama erat dengan Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF) dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk meredakan ketegangan dan memastikan situasi terkendali.