Unilever Indonesia Ajak Komunitas Diskusi Mendalam Pengelolaan Sampah Plastik

8 Maret 2024 18:03 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
kumparan hangout, Bank Sampah: Solusi yang Ramah di Kantonh, Ramah di Lingkungan bersama Unilever dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Menteng Atas, Jakarta, Senin (4/3/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
kumparan hangout, Bank Sampah: Solusi yang Ramah di Kantonh, Ramah di Lingkungan bersama Unilever dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Menteng Atas, Jakarta, Senin (4/3/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Unilever Indonesia memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024 dengan bekerjasama dengan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK RI) dan kumparan menggelar acara hangout bersama komunitas, bertempat di Kantor Kelurahan Menteng Atas dilanjutkan dengan kunjungan ke Bank Sampah Induk GESIT pada Senin (4/3).
Dalam acara ini, digelar diskusi pengelolaan sampah bertajuk “Bank Sampah: Solusi yang Ramah di Kantong, Ramah di Lingkungan” yang dihadiri secara antusias oleh para nasabah bank sampah, komunitas peduli lingkungan, media, hingga masyarakat umum.
Direktur Pengurangan Sampah KLHK, Vinda Damayanti Ansjar, S.Si., M. Sc, mengatakan, HPSN dilatarbelakangi tragedi Leuwigajah pada 2005 lalu. TPA tersebut mengalami ledakan akibat over capacity, dan menyebabkan 100 orang meninggal dunia.
“Kita mau adanya pengelolaan sampah yang baik. Kalau kita lihat timbunan sampah di TPA, 12 persennya sampah plastik, jumlahnya hampir 13 juta ton. Semua ditimbun padahal banyak manfaat dari sampah. Oleh karena itu, tahun 2024 ini kita mengambil tema ‘atasi sampah plastik dengan cara produktif’,” jelasnya.
Menurut Vinda, sampah plastik sudah menjadi masalah serius, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga bagi negara-negara lain dunia. Sampah plastik dianggap bisa ikut mencemari area lain yang bersih melalui sungai atau bahkan laut. Karenanya, PBB pun saat ini sedang menyusun kebijakan sampah plastik.

Upaya Pengelolaan Sampah Plastik Produktif di Indonesia

kumparan hangout, Bank Sampah: Solusi yang Ramah di Kantonh, Ramah di Lingkungan bersama Unilever dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Menteng Atas, Jakarta, Senin (4/3/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Saat ini, ada dua cara penanganan sampah yang bisa diupayakan, yaitu pengurangan dan pengelolaan. Pemerintah sebetulnya sudah menerbitkan peraturan terkait yang perlu diikuti oleh masyarakat dan produsen.
“Ada kebijakan pemerintah peraturan menteri KLHK (No. P.75 Tahun 2019), mewajibkan produsen manufaktur, FMCG, FnB, hingga retail untuk menyusun peta jalan atau rencana untuk mengurangi sampahnya. Salah satunya Unilever, perusahaan yang sudah menyusun road map dan melaksanakannya. Terutama seperti disuksi hari ini,” kata Vinda.
Vinda pun menyoroti upaya Unilever Indonesia dalam mengubah kemasan, dari multilayer sachet menjadi monolayer agar lebih mudah didaur ulang. Sayangnya, masih banyak masyarakat belum paham karena ada anggapan “semakin mengkilat kemasannya, semakin bagus produknya”.
Sementara itu, Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation, Maya Tamimi mengatakan, Unilever Indonesia melihat isu sampah plastik sangat penting dan perlu ditangani bersama.
Sebagai perusahaan dengan komitmen jangka panjang untuk memberikan dampak positif berkelanjutan terhadap lingkungan, Unilever Indonesia percaya bahwa plastik bisa menjadi pelindung produk yang baik. Hanya saja, jika tidak dikelola, plastik bisa mencemari lingkungan.
“Terkait pengurangan plastik, perusahan mengupayakan penggunaan plastik yang lebih sedikit atau bahkan tidak sama sekali. Kami punya beberapa komitmen, di antaranya adalah mengurangi penggunaan plastik baru, dengan cara menggunakan plastik daur,” jelas Maya.
Unilever melakukan beberapa upaya lain seperti memastikan kemasan produknya dapat digunakan kembali dan didaur ulang. Mereka pun berupaya mengumpulkan dan memproses lebih banyak plastik daripada yang dijual.

Bank Sampah Binaan Unilever Indonesia

kumparan hangout, Bank Sampah: Solusi yang Ramah di Kantonh, Ramah di Lingkungan bersama Unilever dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Menteng Atas, Jakarta, Senin (4/3/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sejak 2008, Unilever Indonesia sudah membina 4.000 bank sampah di 50 kabupaten/kota dan 11 provinsi di Indonesia. Seluruh bank sampah ini sudah bisa dicari melalui Google My Business, dan salah satunya adalah Bank Sampah Induk GESIT.
Direktur Bank Sampah Induk GESIT, Sri Endarwati, mengatakan, bank sampahnya kini sudah memiliki sekitar 250 bank sampah anggota dan setiap harinya menerima berbagai macam sampah dari 10 kecamatan di wilayah Jakarta Selatan. Kata Endar, ada sekitar 8 ton sampah plastik yang dikumpulkan.
Dari upaya ini, Maya menyebutkan setidaknya ada tiga dampak positif yang ditimbulkan, yaitu dampak ekonomi, dampak sosial, dan dampak lingkungan.
Dampak lingkungan dapat dilihat dari terkumpulnya lebih dari 28.600 ton ton total sampah anorganik dari bank sampah binaan Unilever. Maya bilang, dengan upaya ini masyarakat pun mulai punya kegiatan-kegiatan yang mendorong paguyuban masyarakat. Para pegiat dan nasabah bank sampah kerap saling bertemu dan berdiskusi.

Inisiatif U-Refill sebagai Upaya Reduce Sampah Plastik

U-Refill, fasilitas isi ulang produk Unilever seperti Rinsu, Sunlight, dan Wipol. Foto: Maharani Sagita/kumparan
Selain upaya mendaur ulang sampah plastik, Unilever Indonesia juga membuat inisiatif lainnya, yaitu menghadirkan refill station bernama U-Refill.
Program ini merupakan salah satu penerapan ekonomi sirkular yang mengedepankan pentingnya perilaku bijak sampah. Sudah ada 817 titik gerai yang berpartisipasi yang tersebar di area Jabodetabek dan Jawa Timur.
"Sistem ini kami hadirkan sejak 2022, dan hingga akhir 2023, kehadiran U-Refill telah mengurangi penggunaan plastik sebanyak kurang lebih 6 ton dari hampir lebih dari 91.000 liter produk yang terjual, menjangkau kurang lebih 6.000 pelanggan. Selain itu, 30.000 masyarakat telah terpapar dengan informasi tentang isi ulang, dan berpotensi untuk berpartisipasi di masa depan," jelas Maya.
Meski terbilang baru, U-Refill tampaknya mendapat sambutan baik oleh masyarakat karena dinilai lebih "ramah di kantong". Masyarakat bisa datang ke refill station dengan membawa wadah sendiri untuk membeli produk Unilever seperti Rinso, Sunlight, dan Wipol tanpa kemasan.
Meski masih masih terbatas di 3 produk saja, Unilever Indonesia masih terus membuka opsi eksplorasi untuk pengembangan U-Refill.
“Saat ini kita harus mengeksplor sesuatu yang berupa refill. Masyarakat pun perlu edukasi. Selain itu, tidak semua produk bisa dijual secara refill, perlu menyediakan lingkungan yang terkontrol. Karenanya saat ini kita saat ini hanya menjual produk pembersih,” jelas Maya.
Untuk memperluas cakupan U-Refill, Unilever pun membuka kesempatan kepada para komunitas, bank sampah, atau masyarakat umum yang ingin bekerja sama dengan U-Refill. Harapannya, lebih banyak konsumen bisa menjadi #GenerasiPilahPlastik dengan menggunakan produk Unilever sambil mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio