Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Unsika Beli 80 Kontainer Rp 6,4 M untuk Kelas, Kemendikti: Boleh, Asal Layak
18 Desember 2024 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) membeli 80 peti kemas atau kontainer dengan total anggaran Rp 6,4 miliar untuk dijadikan kelas. Pembelian kontainer ini karena Unsika yang berstatus Perguruan Tinggi Negeri (PTN) itu kekurangan kelas.
ADVERTISEMENT
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikti Saintek, Sri Suning Kusumawardani, mengaku baru mendapat informasi soal ruang kelas kontainer Unsika.
Dia menyebut pembelian kontainer untuk kelas boleh saja dilakukan, asal dibuat dalam kondisi yang layak.
“Kalau saya melihat itu menjadi salah satu solusi untuk adanya keterbatasan mungkin jangka pendek dan jangka panjangnya tentu kita lihat ya, ini layak atau tidak,” katanya saat ditemui di kampus UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur, pada Rabu (18/12).
Menurutnya, penggunaan peti kemas bisa menjadi solusi dari kekurangan lahan atau ruangan.
“Iya (dilihat dari) kelayakan, kita lihat kelayakannyalah jangan sampai model kontainer yang panas, bayangan kita kan seperti itu ya,” tambahnya.
Menurut Sri, penggunaan kontainer untuk menjadi kelas atau lab sudah dilakukan beberapa perguruan tinggi lainnya, di dalam negeri maupun luar negeri.
ADVERTISEMENT
“Mungkin dengan yang ada ini kami melihat seperti di UGM di beberapa prodi untuk lab itu memang membuat satu desain kelasnya itu dengan kontainer karena memanfaatkan keterbatasan ruangan dan lahan yang ada,” ucapnya.
Di luar negeri pun ada kontainer yang dijadikan ruang lab. Namun kontainer itu didesain dengan bagus dan layak sehingga nyaman untuk belajar.
“Kebetulan saya juga pernah di Barcelona, itu juga kontainer itu dikemas menjadi ruang lab yang bagus,” ujarnya.
Soal kelas kontainer di Unsika, katanya, harus ditinjau kelayakannya. Bila memang sesuai dan layak, hal itu tidak menjadi masalah.
“Di beberapa perguruan tinggi dilakukan, tetapi tentu kenyamanan di dalam proses pembelajaran atau kaitannya dengan katakanlah situasi dan lain sebagainya itu perlu kita lihat,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Kurang 62 kelas
Puluhan kontainer atau peti kemas itu sudah berjejer rapi di area lapangan Kampus Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) 2 di Jalan Lingkar Luar Tanjung Pura (Jalan Baru) Karawang, Jawa Barat, pada Selasa (18/12) kemarin.
Kontainer bercat merah tersebut disusun mengisi sudut-sudut lapangan. Kontainer itu pun nampak "disulap" dengan dipasang jendela alumunium dan plafon khas ruang kelas.
Humas Unsika, Anna Rosmalina, menjelaskan bahwa pengadaan kotak kontainer itu untuk mengakali kekurangan 62 ruang kelas. Alih-alih menyewa gedung, penggunaan kontainer menurutnya menjadi langkah cepat dalam menyediakan kelas darurat.
"Kontainer untuk kelas, ruang dosen, ruang rapat, toilet, kantin dan gudang. Kontainer digunakan agar lebih cepat menyediakan ruang kelas," kata dia saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Jumat (13/12).
ADVERTISEMENT
"1 kelas 2 kontainer digabung, kapasitas 30 mahasiswa," tambah dia.
Anna mengungkap pengadaan kontainer ini dilakukan melalui sistem e-katalog dengan nilai Rp 6,4 miliar. Nantinya kontainer tersebut akan menjadi aset Barang Milik Negara (BMN) Unsika.
"Dibeli melalui sistem e-katalog," katanya.
Disinggung soal sejauh mana tumpukan kontainer ini dipakai sebagai tempat belajar, Anna tak menjawab. Dia hanya bilang penyusunan kelas dalam kontainer itu masih dirapikan.
"Ini dalam proses perapian," singkatnya.
Kontainer Dilengkapi 2 AC
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Unsika, Indra Budiman, menjelaskan biaya pembangunan kelas kontainer mencapai Rp 6,4 miliar dengan rincian Rp 159 juta per kelas yang terdiri dari dua kontainer yang digabung.
Dia menyebutkan total ada 80 kontainer yang disiapkan untuk kebutuhan 40 ruang kelas berikut ruang dosen, ruang rapat, toilet, kantin dan gudang.
ADVERTISEMENT
Kabin kontainer itu akan dilengkapi interior, pintu, jendela, pengecatan, dan kelistrikan. Fasilitas tersebut juga nantinya akan menjadi aset Barang Milik Negara (BMN) Unsika.
"Harga per 1 kelas Rp 159 juta, di dalamnya terdapat dua unit AC 1 PK, 30 kursi kuliah, 1 proyektor, satu kursi dosen dan satu meja dosen," kata dia.