Unsika: Pengadaan Kelas Kontainer Kebutuhan Mendesak, Sudah Direstui Kemendikti

18 Desember 2024 14:42 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Unsika Karawang beli 40 kontainer untuk membuat kekurangan ruang kelas. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Unsika Karawang beli 40 kontainer untuk membuat kekurangan ruang kelas. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) memborong 80 kontainer seharga Rp 6,4 miliar untuk disulap menjadi ruang kelas. Alih-alih diapresiasi, inovasi itu rupanya berujung sorotan publik dan ramai dikritik.
ADVERTISEMENT
Lantas seperti apa ide awal pembuatan kelas berbasis peti kemas ini?
Wakil Rektor 2 Unsika, Safuri, menjelaskan bahwa pengadaan kelas kontainer ini berangkat dari kebutuhan mendesak pihak kampus untuk menyediakan ruang kelas bagi mahasiswa baru yang jumlahnya semakin melonjak.
Mahasiswa baru di tahun akademik 2024 jumlahnya sebanyak 3.997 orang. Unsika merupakan PTN di Karawang, Jabar.
Safuri mengatakan, jumlah total mahasiswa Unsika saat ini mencapai 20 ribu orang, dan 18 ribu di antaranya mahasiswa aktif.
"Nah, kami sebagai penguasa anggaran berpikir, bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan kebutuhan yang banyak, layanan dan kegiatan belajar mengajar tidak mungkin kita hentikan, sehingga kita membangun kelas kabin (kontainer)," ungkapnya, Rabu (18/12).
Unsika Karawang beli 40 kontainer untuk membuat kekurangan ruang kelas. Foto: kumparan
Safuri berujar, Unsika sebetulnya sudah menyusun rencana membangun gedung baru sejak 2018 lalu. Namun karena ada pandemi Covid-19, rencana pembangunan itu pun belum terealisasi.
ADVERTISEMENT
Dua tahun berselang usai pandemi berakhir, wacana pembangunan gedung baru dimunculkan lagi. Anggaran pembangunan yang semula Rp 26 miliar diubah menjadi Rp 37 miliar akibat adanya deviasi harga.
"Tapi ternyata setelah dilakukan kajian, DED (detail engineering design/rancang bangun rinci) sudah kedaluwarsa, maka direvisi untuk kegiatan pembangunan tahun 2025. Selain pembangunan gedung, rancangannya juga meliputi fasilitas pendukung lain," papar Safuri.
Unsika Karawang beli 40 kontainer untuk membuat kekurangan ruang kelas. Foto: kumparan

Sudah Direstui Kemendikti Saintek

Safuri mengatakan, kebijakan kelas kontainer ini tidak hanya diputuskan oleh unsur pimpinan civitas, melainkan juga sesuai arahan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek).
"Disampaikan sebagaimana konsep dari pimpinan, kami juga sesuai arahan kementerian juga, kami tidak berdiri sendiri, bahwa di tahun 2025 itu kami. Nah, ini karena keterbatasan jadi akhirnya membangun kelas kontainer," kata Safuri.
ADVERTISEMENT
Terlebih setelah dilakukan kajian dan studi banding ke universitas lain, pengadaan kelas kabin memiliki perbedaan signifikan dibanding pengadaan konstruksi bangunan, terutama dari segi waktu.
"Pembangunan gedung kan butuh waktu ya, tidak bisa disulap, ada analisis, lelang dulu, semua ada prosesnya. Sementara kebutuhan kuliah mendesak," tambah dia.

Masih Proses Penataan

Safuri menyebut, kondisi kelas kontainer yang ada di kampus 2 Unsika saat ini masih proses pembangunan. "Foto-foto yang di-share di media massa, di media sosial itu baru proses, belum selesai. Kalau berantakan ya pasti berantakan," katanya.
Unsika Karawang beli 40 kontainer untuk membuat kekurangan ruang kelas. Foto: kumparan
Menurutnya, kelas kabin tersebut akan ditata sedemikian rupa agar memberikan kenyamanan bagi mahasiswa yang belajar.
"Kita akan tata sedemikian rupa desain akhirnya, jadi bukan tanah liat (lantainya), mahasiswa naik ke kabin. Semua akan menganut sesuai aturan, tidak berdesak-desakan jadi dilihat fasilitas apa di dalamnya, dan nanti ketika selesai kita launching, nanti bisa dilihat bagaimana kelas kabinnya," katanya.
Unsika Karawang beli 40 kontainer untuk membuat kekurangan ruang kelas. Foto: kumparan

Kontainer Dilengkapi 2 AC

Terpisah, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Unsika, Indra Budiman, menjelaskan biaya pembangunan kelas kontainer mencapai Rp 6,4 miliar dengan rincian Rp 159 juta per kelas yang terdiri dari dua kontainer yang digabung.
ADVERTISEMENT
Kabin kontainer itu akan dilengkapi interior, pintu, jendela, pengecatan, dan kelistrikan. Fasilitas tersebut juga nantinya akan menjadi aset Barang Milik Negara (BMN) Unsika.