Untuk Redakan Amuk Massa di Penajam, Polisi Diharapkan Transparan

18 Oktober 2019 6:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi bangunan yang terbakar pascaricuh di Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi bangunan yang terbakar pascaricuh di Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Kerusuhan terjadi di calon ibu kota baru, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Rabu (16/10) sore. Kejadian ini diduga dipicu adanya warga yang tewas akibat dikeroyok beberapa hari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Guru Besar Sosiologi Universitas Gadjah Mada Sunyoto Usman memandang amuk massa biasanya tidak timbul secara spontan. Kerusuhan kerap terjadi akibat akumulasi kekecewaan masyarakat.
Karena itu, dalam keadaan rusuh, polisi tidak hanya dituntut untuk mengendalikan massa. Polisi juga diharap bisa bersikap transparan agar kejadian serupa tidak terulang.
"Polisi harus transparan menyampaikan bentuk-bentuk pelanggaran dan sangsi hukumnya. Tidak boleh asal menuduh dan menangkap, harus ada bukti yang jelas," kata Sunyoto saat dihubungi, Kamis (17/10).
Sunyoto juga mengatakan, polisi perlu ikut merangkul tokoh masyarakat di Penajam Paser Utara dan sekitarnya. Dialog dengan tokoh setempat anggap dianggap ampuh meredakan amuk massa.
Selain itu, pemerintah juga perlu mewaspadai kemungkinan adanya oknum yang ingin memanfaatkan situasi. Sunyoto meminta penyebaran kabar di media sosial soal kerusuhan di Penajam Paser Utara diperhatikan.
ADVERTISEMENT
"Waspadai hoaks di medsos, karena sudah terbukti cepat menyulut kemarahan," sebutnya.
Suasana saat ricuh di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Foto: Dok. Istimewa
Mengenai kemungkinan konflik horizontal akan berulang di calon ibu kota baru, Sunyoto merasa keadaan akan berbeda saat pusat pemerintahan sudah pindah ke sana.
"Dugaan saya pola relasi-relasi ketika nanti jadi ibu kota akan beda. Boleh jadi tetap ada konflik tetapi akar masalah, proses, pemicu dan respons masyarakat akan berbeda," katanya.
"Masyarakat kelak akan lebih inklusif, persepsi dan relasi-relasi sosial berubah, pola konflik akan berubah juga. Boleh jadi lebih kompleks lagi," sambung Sunyoto.