Upacara Wisuda Bumi di Denpasar Bali, Berdoa agar COVID-19 Berakhir

23 Agustus 2021 11:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemkot Denpasar gelar upacara agar Pandemi COVID-19 Berakhir. Foto: Dok. Pemkot Denpasar
zoom-in-whitePerbesar
Pemkot Denpasar gelar upacara agar Pandemi COVID-19 Berakhir. Foto: Dok. Pemkot Denpasar
ADVERTISEMENT
Pemkot Denpasar menggelar Upacara Wisuda Bumi di Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Bali, Minggu (22/8/). Upacara ini bertujuan untuk mendoakan agar pandemi COVID-19 berakhir.
ADVERTISEMENT
Koordinator Upacara Adat, Cokorda Putra Wisnu Wardhana, mengatakan, upacara Wisuda Bumi mengacu pada Lontar Siwagama. Lontar ini menceritakan kutukan Dewa Siwa terhadap Dewi Uma menjadi Dewi Durga.
Dewi Durga berstana di Setra Gandhamayu menjadi Panca Durga. Dewa Siwa menjelma menjadi Kala Ludra untuk memburu Panca Dhurga.
Pemkot Denpasar gelar Upacara agar Pandemi COVID-19 Berakhir. Foto: Dok. Pemkot Denpasar
“Pertemuan antara Kala Ludra dan Panca Durga inilah yang melahirkan berbagai bencana, di antaranya yakni sasab, merana, gering tetumpur dan gering agung,” kata Wardhana dalam keterangan tertulis, Senin (23/8).
Perselisihan antara keduanya membuat Sang Hyang Tri Semaya yang merupakan Brahma, Wisnu dan Siwa sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur alam semesta khawatir.
Ia membuat upacara Wisuda Bumi yang didasari Caru Manca Sia dan Caru Panca Sanak Madurga kepada ciptaan berbagai bencana, di antaranya yakni sasab, merana, gering tetumpur dan gering agung.
Pemkot Denpasar gelar upacara agar Pandemi COVID-19 Berakhir. Foto: Dok. Pemkot Denpasar
“Proses penyadaran Kala Ludra dan Dewi Durgha inilah yang identik dengan sesolahan atau pementasan sakral," kata Wardhana.
ADVERTISEMENT
Pementasan sakral dalam upacara tersebut adalah Wayang Emas Samirana, Tabuh Pemanjang, Gula Ganti dan Redep Kecapi yang tertuang dalam Lontar Siwagama, serta pementasan Sang Hyang Tri Semaya yang berbuah wujud menjadi Telek, Topeng Bang dan Barong Swari.
Keseluruhan makna dalam upacara itu yakni Somia Rupa atau pengeruatan. Sifat-sifat negatif yang muncul dari ruang dan waktu alam semesta.
“Inilah yang diprayascita, diwisuda agar nantinya dunia kembali seperti sedia kala, dengan demikian tujuan Pemerintah Kota Denpasar melaksanakan upacara ini adalah sebagai upaya niskala untuk mengimbangi usaha sekala (prokes,vaksinasi, dan sebagainya) dalam penanganan pandemi COVID-19,” ujar Wardhana.

New Normal

Dipilihnya upacara bertepatan dengan Kajeng Kliwon Pemelastali bukanlah tanpa alasan. Selain merupakan Kajeng Kliwon terakhir dalam hitungan pawukon, Kajeng Kliwon tersebut merupakan salah satu yang pingit.
ADVERTISEMENT
Setelah upacara berlangsung, tirta pangeruwatan (air suci) kemudian ditakur untuk diserahkan kepada Desa Adat se-Kota Denpasar yang selanjutnya dibagikan kepada masyarakat Kota Denpasar.
“Semoga setelah upacara ini lambat laun virus dan penyakit yang ada dapat kembali mereda dan kita bisa kembali hidup dalam era new normal,” tegas Wardhana.
Pelaksanaan upacara dihadiri langsung Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara bersama Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede, Ketua TP. PKK Kota Denpasar, Ny. Sagung Antari Jaya Negara, Ketua Gatriwara Kota Denpasar, Ny. Purnawati Ngurah Gede, serta Pj. Sekda Kota Denpasar, I Made Toya.
Dalam upacara tersebut juga dipentaskan Wayang Emas Samirana, Sesolahan Sang Hyang Tri Semaya dengan topeng emas, Gambelan serta Kekidungan.
ADVERTISEMENT
Seluruh rangkaian upacara dipuput Sulinggih Siwa Budha, yakni Ida Pedanda Gede Putra Simpangan Manuaba, Griya Simpangan Pejeng dan Ida Pedanda Gede Jelantik Giri, Griya Gunung Sari Peliatan Ubud dengan seluruh peserta yang terlibat telah didahului rapid test antigen dengan hasil negatif.