Upaya Pembunuhan Wapres Buat Argentina Terguncang

3 September 2022 16:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner memberi isyarat kepada para pendukung dari balkon Kongres di Buenos Aires, pada 23 Agustus 2022. Foto: Juan Mabromata /AFP
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner memberi isyarat kepada para pendukung dari balkon Kongres di Buenos Aires, pada 23 Agustus 2022. Foto: Juan Mabromata /AFP
ADVERTISEMENT
Ratusan ribu orang membanjiri alun-alun utama di Buenos Aires untuk mencurahkan solidaritas usai percobaan pembunuhan terhadap Wakil Presiden Argentina, Cristina Fernandez de Kirchner, pada Jumat (2/9).
ADVERTISEMENT
Kerumunan pendukung politikus sayap kiri itu memadati Plaza de Mayo. Alun-alun bersejarah tersebut terletak di sebelah kantor kepresidenan Casa Rosada.
"Bagi kami, kemungkinan bahwa hal seperti itu bisa terjadi pada Cristina tidak terpikirkan," ujar seorang warga berusia 37 tahun, Claudia, dikutip dari Reuters, Sabtu (3/9).
"Tadi malam, kami diselamatkan dari sesuatu yang mengerikan yang bahkan tidak bisa kami pahami," sambung dia.
Petugas polisi berjaga di luar rumah Wakil Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner setelah dia diserang oleh penyerang tak dikenal dengan senjata, di Buenos Aires, Argentina, Kamis (1/9/2022). Foto: Agustin Marcarian/REUTERS
Claudia mengibarkan bendera bersama dengan serikat pekerja dan aktivis lainnya di alun-alun yang penuh sesak. Mereka mengungkapkan kelegaan lantaran dapat menghindari tragedi yang lebih buruk.
Insiden tersebut menimpa Kirchner pada Kamis (1/9). Seorang penyerang menodongkan pistol berisi peluru terhadap kepala Kirchner di luar rumahnya di Buenos Aires.
Kirchner kemudian berjongkok dan menutupi wajah dengan tangannya. Tetapi, pistol itu gagal melepaskan tembakan.
ADVERTISEMENT
Para pendukungnya yang tengah berada di lokasi lantas segera menangkap pria tersebut. Rekaman atas peristiwa itu kemudian beredar ke seluruh negeri.
"Terima kasih Tuhan dan Bunda Maria bahwa peluru tidak keluar," kata seorang guru berusia 58 tahun, Santiago Bianco.
Petugas polisi berjaga-jaga ketika orang-orang berkumpul di dekat rumah Wakil Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner, di Buenos Aires, Argentina, Kamis (1/9/2022). Foto: Agustin Marcarian/REUTERS
Senator Argentina, Oscar Parrilli, telah mengabarkan kondisi terkini Kirchner. Parrilli menerangkan, Kirchner sempat merasa terkejut. Namun, dia tidak apa-apa.
"Untungnya, semangatnya tetap utuh," terang Parrilli.
Polisi mengidentifikasi tersangka sebagai pria berusia 35 tahun asal Brasil, Fernando Andres Sabag Montiel. Saat menggerebek propertinya, otoritas menemukan 100 peluru.
Hingga kini, penyelidikan masih berlangsung. Pihak berwenang belum memastikan motif serangan terhadap Kirchner. Para pemimpin dari seluruh dunia telah mengutuk serangan tersebut.
Kantor Presiden Argentina, Alberto Fernandez, turut merilis pernyataan. Pihaknya menyerukan akhir dari 'retorika kebencian'. Fernandez menggambarkan serangan itu sebagai yang terburuk sejak negara itu kembali ke demokrasi beberapa dekade lalu.
Seorang pria menodongkan pistol ke Wakil Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner, di pintu masuk rumah Fernandez de Kirchner di Buenos Aires, Argentina, Kamis (1/9/2022). Foto: TV PUBLICA ARGENTINA/via Reuters
Polarisasi politik dan krisis ekonomi tengah mencengkeram Argentina. Kirchner pun mengadang tuduhan korupsi terkait skema pengalihan dana publik saat menjadi presiden antara 2007 dan 2015.
ADVERTISEMENT
Selama beberapa pekan terakhir, seorang jaksa menyerukan hukuman penjara 12 tahun bagi Kirchner. Namun, dia menyangkal segala tudingan tersebut.
Kirchner merupakan tokoh yang memecah belah. Tetapi, dia adalah penguasa politik terkuat di Argentina. Para pendukungnya lantas kerap berunjuk rasa untuk membela Kirchner.
Mereka mengkritik pengadilan dan oposisi konservatif. Setiap harinya, mereka melangsungkan aksi itu di jalanan maupun di luar kediaman Kirchner. Sebagian masyarakat meyakini, perpecahan politik tersebut telah memicu kekerasan terbaru.
"Ini gila, masyarakat sudah sedikit kehilangan kesabaran, pesan kebencian menjadi semakin ganas pada orang-orang yang berpikiran lemah yang memilih hal gila seperti melakukan serangan," ungkap seorang pria berusia 64 tahun, Oscar Delupi.