Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Update Korban Gempa Myanmar: 1.644 Jiwa Tewas, 139 Hilang, 3.408 Luka-luka
30 Maret 2025 10:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Korban tewas akibat gempa 7,7 magnitudo yang mengguncang Myanmar terus bertambah, mencapai 1.644 orang pada Minggu (30/3).
ADVERTISEMENT
Jumlah korban luka naik menjadi 3.408 orang, sementara 139 lainnya masih hilang.
Di tengah bencana ini, Pemerintah Persatuan Nasional (NUG)—kelompok oposisi yang menentang junta militer—mengumumkan gencatan senjata sepihak selama dua pekan untuk memfasilitasi operasi penyelamatan.
Mengutip AP, sayap bersenjata NUG, Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), akan menghentikan serangan di wilayah terdampak gempa, namun tetap akan melawan jika diserang.
Kerusakan Meluas, Bantuan Terkendala
Gempa yang berpusat dekat Mandalay ini menyebabkan gedung-gedung runtuh, jalan retak, dan jembatan ambruk.
Di ibu kota Naypyidaw, listrik, telekomunikasi, dan internet masih padam.
Menara pengawas lalu lintas di Bandara Internasional Naypyitaw roboh dan menghambat masuknya bantuan internasional.
PBB mengalokasikan dana darurat sebesar USD 5 juta untuk operasi penyelamatan.
Konvoi 17 truk dari China membawa pasokan medis dan tenda bagi korban. Namun, keterbatasan alat berat dan pasokan medis memperlambat evakuasi.
ADVERTISEMENT
Di desa-desa terdampak, warga gotong royong menggali reruntuhan bangunan.
“Saya berdoa mereka selamat, tapi melihat puing-puing ini, di mana mereka?” kata seorang perempuan yang kehilangan suaminya dan lima temannya di lokasi konstruksi runtuh di Bangkok, seperti diberitakan AP.
Perang Saudara Hambat Penyelamatan
Selain gempa, perang saudara yang berlangsung sejak kudeta militer 2021 memperumit upaya bantuan.
Militer Myanmar masih melancarkan serangan udara di Kayin dan Shan meski bencana terjadi.
Kelompok oposisi meminta agar bantuan dapat disalurkan ke wilayah yang mereka kuasai tanpa intervensi militer.
China dan Rusia, sekutu utama junta, mengirim tim penyelamat serta bantuan senilai jutaan dolar. India, Korea Selatan, Malaysia, dan Singapura juga mengirim bantuan.
Sementara itu, laporan awal PBB menunjukkan banyak fasilitas kesehatan hancur, menyebabkan kekurangan peralatan medis, kantong darah, dan anestesi.
ADVERTISEMENT