Usut Penembakan Pendeta Yeremia, TGPF Intan Jaya Gunakan Pendekatan Kultural

17 Oktober 2020 15:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim investigasi lapangan TGPF Intan Jaya. Foto: Humas Kemenko Polhukam
zoom-in-whitePerbesar
Tim investigasi lapangan TGPF Intan Jaya. Foto: Humas Kemenko Polhukam
ADVERTISEMENT
Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya telah menyelesaikan tugasnya di Papua untuk mengusut penembakan pendeta Yeremia Zanambani. Ketua TGPF Intan Jaya, Benny Mamoto, mengungkapkan pihaknya bekerja dengan pendekatan kultural.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, TGPF tidak mendapat kewenangan pemeriksaan seperti penyidik. Mereka hanya bisa mewawancarai para saksi, termasuk keluarga sang pendeta.
"Ketika kami turun, yang kami kedepankan adalah pendekatan kultural. Kami bukan penyidik, kami semata-mata mengumpulkan fakta lapangan untuk membuat terang," kata Benny dalam konferensi pers daring, Sabtu (17/10).
Benny menyebut pendekatan kultural dipilih karena adanya perbedaan kondisi di pedalaman dan di kota besar Papua. Banyak warga di pedalaman Papua hidup dalam kondisi homogen, berbeda dengan di kota besar yang hidup berdampingan multietnis.
Ketua TGPF kasus Intan Jaya Benny Mamoto (tengah). Foto: Evarianus Supar/ANTARA
"Maka ketika kita bertemu mereka, baru bertemu saja, belum bicara. Kita harus paham betul adat istiadat yang berlaku di situ," ujar Benny.
Benny sadar TGPF perlu meraih hati dan simpati masyarakat setempat terlebih dahulu, sehingga mereka bisa melihat kondisi sebenarnya secara terang benderang. Maka dari itu, saat pertama datang ke Intan Jaya, ia langsung mengunjungi makam pendeta Yeremia, barulah berkunjung ke rumahnya.
ADVERTISEMENT
"Di kediaman kami mulai berdialog yang diterjemahkan anggota kami. Nah, dari situ proses mengalir dan mulai tumbuh suasana keakraban, kami diterima dengan baik. Kemudian, setelah kami jelaskan arti penting masalah, kami beri contohlah. Kalau Ibu menghendaki masalah ini dibawa ke pengadilan, maka ada syarat. Salah satunya adalah kesaksian ibu. Tolong ditandatangani. Tanpa itu kita tak bisa," jelas Benny.
Begitu pula TGPF memohon persetujuan keluarga untuk melakukan visum ke tubuh pendeta Yeremia. Seluruh pendekatannya diakui Benny mengalir sampai ke level pemerintah Kabupaten Intan Jaya.
Tim investigasi lapangan TGPF Intan Jaya. Foto: Humas Kemenko Polhukam
"Ternyata di luar sudah tergelar pasar oleh ibu-ibu. Mereka jual hasil buminya. Saya beli cabai rawit dan saya bawa ke Jakarta. Suasana itulah yang harus kita ciptakan," cerita dia.
ADVERTISEMENT
Ia menilai pendekatan kultural ini sukses dilakukan oleh TGPF Intan Jaya. Mereka pun berhasil mendapatkan tanda tangan dari keluarga, saksi, dengan dibantu oleh sejumlah tokoh gereja.
"Disitu sekaligus penyidik selesaikan pemeriksaannya, yang diterjemahkan oleh salah satu tokoh agama dari gereja yang sama. Sekaligus menjelaskan arti penting tanda tangan. Maka disitulah terang terjadi," tutup Benny.
Saat ini, laporan penyelidikan penembakan pendeta Yeremia sudah selesai disusun oleh TGPF Intan Jaya. Namun, Benny belum bisa membeberkan lebih jauh soal hasil penyelidikan.
Hasil laporan ini akan diberikan kepada Menko Polhukam Mahfud MD dan diumumkan pada Senin (19/10) mendatang.
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona