Vaksinasi dengan Vaksin China, Pandemi Corona di 4 Negara Ini Malah Memburuk

24 Juni 2021 10:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 14:13 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chile kembali berlakukan lockdown ketat. Foto: REUTERS/Ivan Alvarado
zoom-in-whitePerbesar
Chile kembali berlakukan lockdown ketat. Foto: REUTERS/Ivan Alvarado
ADVERTISEMENT
Efektivitas vaksin buatan China untuk menahan laju virus corona dipertanyakan. Sejumlah negara di dunia yang menggunakan vaksin buatan China kini bergulat dengan gelombang baru COVID-19.
ADVERTISEMENT
Mongolia adalah salah satu di antaranya. Pemerintah setempat bahkan sudah berjanji pada rakyatnya Musim Panas 2021 Mongolia bebas COVID-19. Negeri ini pun menggantungkan harapan pada vaksin China.
Selain Mongolia, negara lain yang memilih untuk berharap penuh pada keampuhan vaksin China di antaranya Bahrain, Chile serta negara kecil di Samudera Hindia, Seychelles.
Seorang pria bekerja di fasilitas pengemasan pembuat vaksin Sinovac Biotech. Foto: Thomas Peter/REUTERS
Namun, harapan tersebut perlahan pudar. Alih-alih bebas virus corona, kini mereka malah harus kembali putar otak bagaimana mengalahkan wabah COVID-19 kian memburuk.
Menurut survei yang dirilis media The New York Times (NYT) empat negara itu masuk ke dalam 10 besar negara dengan wabah corona terburuk sepekan terakhir. Baik Bahrain, Mongolia, Chile, dan Seychelles diketahui memberikan warganya vaksin dua produsen China: Sinopharm dan Sinovac.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari berbagai sumber berikut situasi terakhir pandemi COVID-19 di empat negara penggunaan vaksin asal China tersebut:

Bahrain

Warga berjalan melewati toko-toko yang tutup, saat Bahrain memasuki semi-lockdown selama dua minggu, (3/6/2021). Foto: REUTERS/Hamad I Mohammed
Bahrain memulai vaksinasi sejak awal 2021. Negara Timur Tengah ini memutuskan untuk menyuntikkan vaksin buatan China, Sinopharm ke warganya.
Sejak saat itu, Bahrain sudah memberikan 1,8 juta lebih dosis vaksin kepada warganya. Dari data kependudukan yang dirilis pada 2019 populasi Bahrain sebanyak 1,6 juta. Artinya 100 persen warga Bahrain sudah menerima setidaknya satu dosis vaksin.
Sedangkan, warga yang mendapat dosis penuh vaksin mencapai 921 ribu atau 56,1 persen. Mayoritas warga Bahrain disuntik Sinopharm.
Ilustrasi vaksin corona Sinopharm. Foto: Leonardo Fernandez Viloria/REUTERS
Meski vaksinasi tinggi, pada Mei lalu Bahrain berhadapan dengan gelombang baru COVID-19. Pada puncaknya, yaitu 31 Mei 2021, 3000 lebih kasus COVID-19 muncul di Bahrain.
ADVERTISEMENT
Awal Juni 2021, otoritas kesehatan Bahrain menawarkan warga yang sudah disuntik dua dosis vaksin untuk menerima dosis vaksin tambahan dari Pfizer.
Dosis vaksin tambahan direkomendasikan kepada warga berusia 50 tahun, atau yang sistem imun rendah.
Kondisi pandemi COVID-19 di Bahrain kini mulai membaik. Sejak pertengahan Juni penambahan kasus COVID-19 di Bahrain stabil di angka tiga digit.

Mongolia

Orang-orang melakukan jarak sosial di tengah pandemi penyakit coronavirus (COVID-19) saat menghadiri suatu pertemuan di Ulaanbaatar, Mongolia (3/6/2021). Foto: RENTSENDORJ BAZARSUKH/REUTERS
Sampai jelang akhir 2020 Mongolia berhasil menahan laju penyebaran virus corona. Namun, saat Musim Dingin tiba di akhir tahun lalu virus corona begitu mewabah di Mongolia.
Pemerintah setempat bergerak cepat. Mereka berhasil mengamankan vaksin dari dua negara tetangga, China dan Rusia.
China lalu menjadi negara pemasok vaksin terbesar di Mongolia. Negeri Tirai Bambu memberikan Mongolia vaksin Sinopharm. Maret sampai April 2021 menjadi fase awal vaksinasi massal di Mongolia.
ADVERTISEMENT
Per 24 Juni 2021, Mongolia memberikan 3,63 juta vaksin COVID-19 ke warganya. Jumlah warga yang sudah divaksin penuh mencapai 1,71 juta atau 53 persen dari populasi.
Sinopharm menjadi vaksin paling banyak dipakai di Mongolia. Setelah vaksinasi Mongolia malah menghadapi fakta pahit: COVID-19 makin melonjak.
Perdana Menteri Mongolia Khurelsukh Ukhnaa. Foto: Byambasuren BYAMBA-OCHIR/AFP
Sejak April hingga awal Juni, penambahan stabil di angka ribuan. Kenaikan kasus sampai 99 persen bahkan terjadi pada 21 Juni 2021.
Kini ada 98.050 kasus virus corona di Mongolia. Sebanyak 459 di antaranya meninggal dunia.
Warga Mongolia mulai meragukan efektivitas vaksin China. Salah satunya adalah Otgonjargal Baatar. Saat diwawancarai NYT, Bataar mengaku sudah menerima dosis penuh vaksin Sinopharm.
Namun, sebulan sesudah disuntik, Baatar malah terinfeksi COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Warga diyakinkan jika sudah divaksin pada Musim Panas ini kami bebas COVID-19. Namun, semua berubah dan itu tak benar," ujar Bataar.
Seychelles
Petugas medis membongkar vaksin Covid-19 China yang diproduksi oleh Sinopharm di Rumah Sakit Seychelles di Victoria, (10/1/2021). Foto: RASSIN VANNIER/AFP
Januari 2021, Seychelles memulai vaksinasi COVID-19 secara massal. Salah satu negara dengan GDP tertinggi di Afrika itu memakai vaksin buatan China, Sinopharm.
Saat ini sudah 138 ribu dosis vaksin corona diberikan ke warga Seychelles. Sebanyak 67.016 orang atau 68,6 persen warga sudah divaksin dosis penuh.
Seychelles pun mendapat predikat terhormat: negara dengan vaksinasi tercepat dunia. Bahkan kecepatan vaksinasi Seychelles mengalahkan negara-negara besar dunia.
Vaksinasi Sinopharm nyatanya bukan jaminan negara itu bebas COVID-19. Pada Mei 2021, kasus melonjak. Pada puncaknya dalam 24 jam muncul ribuan penularan baru.
Pemerintah Seychelles akhirnya memberlakukan lockdown.
ADVERTISEMENT
Pada 21 Juni 2021, pemerintah setempat lewat kantor berita Seychelles News Agency mengumumkan akan mendapat vaksin Pfizer hibah dari Presiden AS Joe Biden.
Meski demikian, Pemerintah Seychelles belum memutuskan apakah Pfizer bakal digunakan sebagai vaksin tambahan atau pemberian dosis kedua saja.

Chile

Chile kembali berlakukan lockdown ketat. Foto: REUTERS/Ivan Alvarado
Awal 2021 Pemerintah Chile mengumumkan memulai vaksinasi massal. Mereka memakai vaksin asal China, Sinovac pada fase satu.
Sampai saat ini sudah 21,4 juta warga yang diberi vaksin COVID-19. Sebanyak 9,56 juta atau 50,4 persen telah mendapat dosis penuh. Warga Chile mayoritas disuntik vaksin Sinovac.
Chile juga masuk kelompok elite negara dengan vaksinasi tercepat di dunia. Cepat nyatanya bukan berarti ampuh.
Data yang dirilis Worldometers, penambahan kasus COVID-19 di Chile stabil di angka di atas 5000 jiwa.
Chile kembali berlakukan lockdown ketat. Foto: REUTERS/Ivan Alvarado
Presiden Chile kini tengah mempertimbangkan pemberian dosis ketiga demi menahan laju penularan COVID-19. Kendati demikian, belum ditentukan vaksin apa yang bakal dipakai untuk dosis tambahan.
ADVERTISEMENT
Di samping memakai Sinovac, Chile juga menggunakan vaksin Pfizer, Cansino dan Astrazeneca.