Valentine Tidak Lagi Haram di Arab Saudi, Bunga Mawar Dijual Bebas

14 Februari 2020 15:23 WIB
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hari valentine di Arab Saudi. Foto: AFP/STR
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hari valentine di Arab Saudi. Foto: AFP/STR
ADVERTISEMENT
Hari Valentine mulai dirayakan di Arab Saudi pada Jumat (14/2). Sebelumnya Valentine dinyatakan haram, penjual mawar merah dan semua yang berwarna merah atau pink dilarang setiap 14 Februari. Tapi sekarang pemandangan itu terlihat di kota-kota Saudi.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan oleh berbagai media Saudi, di antaranya Arab News dan Al Arabiya. Arab News pada Kamis (13/2) menuliskan "cinta di udara dan hati dan bunga di mana-mana saat Kerajaan bersiap merayakan Hari Valentina yang sebelumnya 'haram' besok".
Al Arabiya pada Jumat (14/2) menuliskan, dua tahun lalu toko-toko dilarang menjual mawar merah dan boneka Teddy di Hari Valentine. Benda-benda tersebut dijual sembunyi-sembunyi, takut ditindak polisi agama. Sekarang, benda-benda itu bertebaran di kota-kota besar.
Ilustrasi hari valentine di Arab Saudi. Foto: AFP/STR
"Tidak biasanya anda melihat orang memakai merah di sekitar Hari Valentine. Bahkan jika seseorang tidak sengaja pakai baju merah, polisi agama akan menghentikan mereka," kata Rania Hassan, seorang warga Riyadh kepada Al Arabiya.
Tahun ini sejak Valentine dibebaskan, pedagang bunga mawar di Jeddah mengaku kebanjiran pesanan setiap tanggal 14 Februari.
ADVERTISEMENT
"Ada perbedaan besar dalam penjualan dari tahun sebelumnya ke tahun ini. Lingkungan lebih terbuka dalam beberapa tahun terakhir menjelang Hari Valentine dan penjualan meningkat," kata Faisal al-Himedi, penjual bunga di Jeddah.
Menurut Al Arabiya, kondisi ini terjadi setelah kabinet pemerintahan Arab Saudi di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS) mengeluarkan dekrit pembatasan kerja Hai’ah Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Komisi untuk Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan) atau singkatnya disebut polisi agama.
Ilustrasi hari valentine di Arab Saudi. Foto: AFP/STR
Dalam dekrit tahun 2016 itu, polisi agama tidak bisa lagi langsung menindak dan menangkap warga Saudi di jalanan lagi. Tugas mereka hanya melakukan imbauan, sementara penindakan akan dilakukan polisi atau badan antinarkotika.
Selain itu, bolehnya perayaan Valentine didorong oleh pernyataan mantan kepala polisi agama Syeikh Ahmed Qasim Al-Ghamdi pada 2018 lalu. Arab News mengutip pernyataan Ghamdi yang menyebut Valentine tidak kontradiktif dengan ajaran atau doktrin Islam.
ADVERTISEMENT
"Merayakan Hari Valentine tidak bertentangan dengan ajaran Islam, seperti merayakan Hari Kemerdekaan atau Hari Ibu," kata Ghamdi.
Ghamdi memang dikenal sebagai tokoh "nyeleneh" dengan pemahamannya yang bertentangan dengan jumhur (mayoritas) ulama Saudi. Akibat pemikirannya ini juga dia disebut dipecat dari posisinya.
Mohammed bin Salman Foto: Reuters/Pavel Golovkin
Namun Saudi di bawah kepemimpinan Mohammed bin Salman memang mulai menanggalkan citra "konservatif" yang disematkan negara-negara Barat. Di Saudi, wanita kini boleh mengemudi dan menempati posisi-posisi tinggi di tempat pekerjaan. Di bawah MbS pula, Saudi memiliki bioskop pertamanya.
Hal ini terjadi setelah MbS menetapkan Visi 2030 Saudi bebas dari ketergantungan minyak. Saudi mulai gencar melakukan investasi di sektor non-minyak dan menggodok potensi lain di Saudi, salah satunya adalah pariwisata.
ADVERTISEMENT
Agar wisata Saudi bisa diterima masyarakat internasional, MbS mengubah berbagai kebijakan negaranya yang berlandaskan agama.