Varian COVID-19 Kraken Masuk Indonesia, Ini 8 Gejalanya

26 Januari 2023 15:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona Omicron. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona Omicron. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kasus COVID-19 Omicron subvarian XBB 1.5 atau Kraken sudah terdeteksi di Indonesia. Kasus pertama dilaporkan di Balikpapan.
ADVERTISEMENT
"Dari orang Polandia, dan itu dia kenanya di Balikpapan," ujar Menkes Budi, Rabu (25/1).
Riwayat perjalanan orang tersebut, pada tanggal 6 Januari 2023 dia berada di Jakarta. Lalu tanggal 7 Januari pergi ke Balikpapan dan hasil rapid antigen negatif. Kemudian tanggal 11 Januari dia naik kapal dan menjalani PCR, hasilnya positif.

Penularan Tinggi

Menkes Budi Gunadi Sadikin. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Kraken merupakan subvarian Omicron. Turunan dari BA.1, BA.1.5, kemudian XBB, kemudian BQI, lalu terbaru XBB 1.5.
Berdasarkan kasus serupa yang telah terjadi di Amerika Serikat, varian ini memiliki karakteristik laju penularan yang cukup tinggi dan tidak bergejala.
“Dia [Kraken] kemampuan penularannya cepat, tapi dari kemampuan mematikannya atau masuk RS-nya rendah. Dan kita sudah lihat, varian ini, kan, sudah ada di AS, dan perilakunya demikian,” terang Menkes Budi.
ADVERTISEMENT
Terkait masuknya varian Kraken ke Indonesia, Menkes Budi mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan segera memeriksakan diri ke tenaga kesehatan jika merasa kurang enak badan.
Selain itu, masyarakat yang belum vaksin dan booster agar segera datang ke pusat vaksinasi untuk meminimalisasi penularan.
"Pesan saya ke masyarakat tidak usah panik kalau di dalam ruangan padat merasa batuk atau lihat temannya batuk-batuk. Pakai masker, itu protokol kesehatan seperti influenza, diare, TBC, demam berdarah. Kedua di-booster, deh, terutama untuk yang tua dan komorbid," kata Budi, Kamis (26/1).
Munculnya kasus ini juga tidak berpengaruh pada pengetatan aktivitas masyarakat. Pemerintah tidak akan membatasi turis asing yang akan masuk ke Indonesia.
"Gelombang di dunia terjadi bukan karena mobilitas, bukan karena Imlek, bukan karena Lebaran, tapi karena ada varian baru yang mesti hati-hati adalah kalau ada varian baru perkembangannya," jelas Budi.
ADVERTISEMENT

Tetap perlu waspada

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan meski gejalanya tidak membahayakan, perkembangan Kraken tentu perlu diwaspadai khususnya oleh Kementerian Kesehatan.
Menurut Tjandra, ada tiga hal yang perlu menjadi perhatian dalam menangani virus varian baru ini, yaitu:
"Sambil nanti secara ilmiah dinilai kembali efektivitas vaksin kalau-kalau akan ada varian/subvarian berikutnya di waktu-waktu mendatang," kata Tjandra.
Pada kesempatan berbeda, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebut, gejala sakit yang ditimbulkan Kraken sama dengan varian Omicron.
ADVERTISEMENT
"Gejalanya sama seperti Omicron. Pasien yang positif malah gejalanya sangat ringan, batuk sedikit saja," ucap Nadia.
Berikut gejala varian Kraken: