Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Veronica Tan Bikin Layanan Tes Omicron yang Lebih Mahal, Apa Bedanya dengan PCR?
17 Januari 2022 15:14 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
LoveCare Indonesia besutan Veronica Tan dan KALGen Innolab menyediakan jasa khusus PCR yang diklaim bisa mendeteksi varian Omicron secara spesifik. Harganya lebih mahal sedikit dari standar Kemenkes.
ADVERTISEMENT
Harga tes PCR yang diberi nama O+ itu dibanderal Rp 480 ribu, sudah dengan pajak. Sementara harga batas maksimal Kemenkes untuk tes PCR biasa Rp 275 ribu.
"Itu reagennya sama yang dipakai alat SGTF," kata jubir Kemenkes Siti Nadia Tarmizi kepada kumparan, Senin (17/1).
Memang apa bedanya antara tes PCR biasa dengan metode ini?
Ahli patologi klinis dr. Tonang Dwi Ardyanto, mengatakan bahwa penapisan awal varian Omicron ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan tes PCR yang menargetkan pada gen S, yang menyandi salah satu protein pada virus corona.
Nah, varian virus corona disebut dapat menyebabkan fenomena S gene target failure (SGTF) yakni ketika gen S tidak dapat terdeteksi dengan PCR padahal secara simultan PCR dapat mendeteksi setidaknya 2 target gen lainnya. Indikasi awal ini diteruskan dengan pemeriksaan WGS untuk memastikan jenis variannya
ADVERTISEMENT
"Kita gunakan SGTF untuk skrining, tapi bukan memastikan jenis variannya," kata Tonang yang juga Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS Solo kepada kumparan, Kamis (16/12).
Hasil konfirmasi WGS bisa saja berbagai varian. Hanya mutasi di gen S yang paling dominan sejauh ini pada varian Omicron. Maka ditemukannya SGTF mengindikasikan probable Omicron.
Apabila saat tes PCR terjadi SGTF, maka hal ini perlu dikonfirmasi melalui WGS. Tes PCR dapat keluar kurang dari 24 jam, tapi WGS memakan waktu yang relatif lama. Tentu ini akan sangat membantu mempercepat proses skrining.
"Karena WGS itu perlu waktu bisa 5-7 hari. Maka kalau semua di-WGS memakan waktu lama, kita coba screening dulu," jelasnya.
Akan tetapi, reagen tes PCR yang menargetkan gen S ini cukup jarang digunakan sebab mayoritas reagen menargetkan pada gen-gen lain yang jauh lebih stabil dari terjadinya mutasi. Jadi, tak semua lab memiliki reagen tersebut.
ADVERTISEMENT
Walau begitu, bagi daerah yang tak punya lab dengan reagen tersebut, Tonang menyebut ada skrining lain yang bisa dilakukan untuk menentukan apakah sampel tersebut patut untuk dilakukan WGS.
"Untuk menemukan ini kasus COVID [Omicron] tidak harus SGTF bila memang tidak tersedia reagennya. Kalau pun kita curiga karena indikasi awal seperti perjalan luar negeri, itu sudah indikasi awal. Kalau itu positif, segera sekuensing kalau tidak punya reagen untuk SGTF," ucap Tonang.