Video Jokowi Marah 18 Juni, Kenapa Baru Dirilis Sekarang?

28 Juni 2020 20:47 WIB
Presiden Joko Widodo saat memimpin rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2020 yang dilaksanakan secara telekonferensi dari Istana. Foto: Muchlis Jr/ BPMI Setpres
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo saat memimpin rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2020 yang dilaksanakan secara telekonferensi dari Istana. Foto: Muchlis Jr/ BPMI Setpres
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo tampak marah saat membuka sidang kabinet di Istana Kepresidenan, Jakarta. Di depan para menteri, Jokowi mengancam akan reshuffle karena kerja biasa saja di masa pandemi yang memicu krisis.
ADVERTISEMENT
Peristiwa itu terjadi pada 18 Juni lalu saat sidang Kabinet yang digelar tertutup. Namun Biro Pers dan Media Istana (BPMI) baru merilis videonya Minggu (28/6) sore. Kenapa?
Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden RI, Bey Triadi Machmudin, mengatakan, awalnya Sidang Kabinet Paripurna itu bersifat intern alias tidak untuk konsumsi publik. Namun belakangan pernyataan Jokowi patut dipublikasi.
"Setelah kami pelajari pernyataan Presiden, banyak hal yang baik dan bagus untuk diketahui publik, sehingga kami meminta izin kepada Bapak Presiden untuk mempublikasikannya. Makanya baru dipublish hari ini," kata Bey kepada kumparan.
Suasana sidang Kabinet Paripurna membahas antisipasi dampak perekonomian global di Istana Kepresidenan Bogor. Foto: Rafyq Panjaitan
Bey mengaku perlu mempertimbangkan lama pernyataan Presiden Jokowi tersebut sebelum akhirnya dipublikasi dengan judul "Arahan Tegas Presiden Jokowi pada Sidang Kabinet Paripurna, Istana Negara, 18 Juni 2020".
ADVERTISEMENT
"Kami pelajarinya agak lama juga, pelajari berulang-ulang," ucap Bey.
Dalam video berdurasi 10.20 menit tersebut, Jokowi sudah bicara keras sejak awal menegur menteri yang tidak punya sense of crisis di masa pandemi corona.
"Suasana dalam 3 bulan ke belakang ini dan ke depan, mestinya yang ada adalah suasana krisis. Kita juga mestinya juga semuanya yang hadir di sini, sebagai pimpinan, sebagai penanggung jawab, kita yang berada di sini ini bertanggung jawab kepada 260 juta penduduk Indonesia. Tolong garis bawahi, dan perasaan itu tolong kita sama, ada sense of crisis yang sama," kalimat awal Jokowi.
Jokowi mengutip data OECD yang memprediksi pertumbuhan ekonomi minus 6 sampai 7,6 persen, sementara data World Bank 5 persen. Harusnya menteri kerja ekstra mencegah krisis.
ADVERTISEMENT
"Saya melihat masih banyak kita yang menganggap ini normal. Lha kalau saya lihat, Bapak, Ibu, saudara-saudara masih ada yang lihat ini sebagai sebuah ini masih normal, berbahaya sekali. Kerja masih biasa-biasa saja. Ini kerjanya memang harus ekstra luar biasa, extraordinary," ucap Jokowi.
--------------------------
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.