Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Video : ‘Profesor’ Husnawi Melukis dengan Hati
7 Juli 2018 16:11 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Cuaca cerah menemani langkah Hunawi di Minggu pagi. Dengan membawa keranjang berisi alat melukis yang sudah disusun rapi di jok vespa antik miliknya, Hunawi berkeliling dari desa ke desa.
ADVERTISEMENT
Mengenakan sandal jepit, ia menggeber vespa birunya menuju Desa Mekarsari, Kecamatan Rajeg, Tangerang, Banten. Dibutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan dari rumahnya yang berada di Karawaci, Tangerang menuju Desa Mekarsari.
Di sana, puluhan anak Sekolah Dasar sudah menunggunya. Hunawi mengajar melukis anak-anak di kampung dengan cuma-cuma tanpa dipungut biaya.
"Dulu waktu pertama kali saya melukis di sini, anak-anaknya yang ikut sedikit. Kemudian bertambah dan bertambah terus," ujar pria 54 tahun itu saat ditemui kumparan pada Minggu (2/7).
Setelah satu jam berkendara, berpacu dengan kendaraan roda besar dan sempat kesasar. Pukul 9 pagi, akhirnya dia sampai di Desa Mekarsari. Belum sempat pria berambut panjang itu mengistirahatkan badan, anak-anak sudah menyerbu dengan salam hangat.
ADVERTISEMENT
"Profesor, profesor, lama sekali. Kami sudah menunggu," ujar seorang anak berkerudung biru.
"Maaf ya, tadi Profesor salah jalan. Kebablasan sampai jauh, harus putar balik. Maaf ya sudah menunggu lama. Yuk, kita mulai melukisnya!," sahut Husnawi.
Anak-anak memang akrab menyapa Husnawi dengan panggilan 'Profesor'. Menurutnya, sebutan itu datang dari sang ayah yang memang bergelar Profesor dalam bidang seni.
"Saya ini Sarjana Pendidikan Seni, namun mungkin karena ayah saya memang seorang Profesor jadi keterusan memanggil saya 'Profesor'," tuturnya sambil berseloroh. Anak-anak mulai duduk berjejer rapi, sementara Husnawi membagikan perlatan melukis seperti krayon, papan kayu dan kertas putih.
"Hari ini tema melukis kita 'Aku Anak Indonesia'. Siapa yang anak Indonesia? Angkat tangan!," katanya bersemangat.
ADVERTISEMENT
Kegiatan melukis gratis ini sudah dilakoni Husnawi sejak tahun 2013. Baginya, mengajar dan menyebarkan ilmu melukis adalah tanggung jawab seorang seniman.
"Ketika saya mendirikan Galeriku. Saya berfikir, kalau hanya pajang karya terus siapa yang mau berkunjung dan untuk apa ? Nah saya harus bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat," tutur Husnawi.
Pelajaran melukis berlangsung selama 90 menit, anak-anak mulai menggoreskan krayonnya ke atas kertas putih yang diberikan oleh Husnawi. Coret-coretan itu lama-lama membentuk sebuah gambar. Ada gunung, bangunan sekolah, awan, matahari hingga bendera merah putih.
Setelah selesai menggambar, anak-anak lantas memperlihatkan hasil karyanya kepada si Profesor.
"Wah gambar apa ini? Bendera merah putih ya, bukan putih merah. Ayo dibetulkan dulu, bendera Indonesia kan merah putih," kata Husnawi kepada seorang anak lelaki yang mengenakan ransel.
Bagi Husnawi, melukis tidak hanya soal menghabiskan waktu luang namun juga sebagai penyeimbang kegiatan anak yang kebanyakan lebih suka berkutat dengan ponsel.
ADVERTISEMENT
“Kita tidak pernah bisa menghindar dengan teknologi namun bagaimana kita harus mengisi kekosongan anak-anak itu sehingga ada keseimbangan antara teknologi yang ia pegang dengan kreativitas ini,” lanjutnya.
Bisa bertemu dengan anak-anak yang mau melukis dan kreatif adalah kebahagiaan terbesar bagi Husnawi. Kebahagiaan itu melebihi apapun.
"Saya sangat puas dan bahagia ketika mengajari anak-anak. Saya tidak peduli jaraknya berapa, sampai di sana saya akan jalani dan itu saya puas dan lebih dari segala-galanya.