Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNJ sempat menduduki trending di Twitter dua hari terakhir. Hal ini dipicu beredarnya poster pengurus BEM yang foto pengurus perempuannya disamarkan, ada yang diganti gambar anime, dan ada yang dikecilkan ukurannya.
ADVERTISEMENT
Netizen pun ramai membahas hal yang dianggap sebagai ketidakadilan gender di kampus itu. Salah satunya thread dari @dinikopi yang akhirnya viral dan menjadi trending Twitter pada Kamis (13/2).
Dini merupakan mantan mahasiswi jurusan Kimia Murni FMIPA UNJ angkatan 2008. Dia menceritakan pengalamannya selama kuliah di PTN yang berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur, itu.
Kala itu, Dini yang merupakan mahasiswi baru, mengikuti masa orientasi atau OPSEK. "Pas awal OSPEK gue mengajukan diri jadi ketua angkatan. Waktu itu yang jadi kandidat ada 2 orang cowok dan 2 orang cewek," tulis Dini di akun Twitternya. kumparan sudah meminta izin untuk mengutip cuitan Dini.
Untuk menjadi ketua angkatan, masing-masing kandidat harus menyiapkan visi misi singkat dan orasi di depan anak-anak seangkatan. Dini yang menjadi salah satu kandidat menyiapkan betul-betul materi presentasi, karena dia ingin terpilih dan memiliki pengalaman organisasi sebagai ketua angkatan.
ADVERTISEMENT
Satu angkatan lalu dikumpulkan dan masing-masing menyampaikan presentasinya. Setelah selesai, para senior mengadakan voting untuk menentukan pemenangnya. Namun menurut Dini ada yang aneh dengan cara voting yang dilakukan.
"Pas voting, satu angkatan disuruh tutup mata. Terus masing-masing kandidat disebut namanya, kalau kita pilih orang tersebut kita harus angkat tangan," ucap Dini.
Hasil voting terbanyak akan terpilih menjadi ketua angkatan FMIPA UNJ tahun 2008. Pemenangnya kala itu adalah kandidat laki-laki nomor urut 1."Gue pikir oh ya udahlah bukan rezeki, dan gue bisa cari organisasi lain. Mungkin bisa ikut BEM atau apa," katanya.
Dini kemudian menjalani kuliah seperti hari-hari biasa. Hingga pada suatu ketika di akhir semester empat, teman sekelas yang juga sahabat Dini menceritakan hal yang aneh. Dia bilang waktu voting ketua angkatan dulu, dia sempet mengintip hasil voting karena merasa ada yang aneh. Ternyata suara Dini yang terbanyak, bukan kandidat laki-laki nomor urut 1.
ADVERTISEMENT
"Usut punya usut, gue tahu kenapa gue nggak menang. Simply karena gue perempuan. Perempuan kan ga boleh jadi ketua, jadi nggak lolos deh. Segitu nggak memihaknya FMIPA UNJ sama perempuan," tulisnya.
Bukan hanya itu, menurutnya, masih banyak cerita yang tidak masuk logika di UNJ. Misalnya di FMIPA UNJ perempuan tidak boleh berada di kampus lebih dari pukul 18.00 WIB. Kalau masih ada perempuan yang 'nongkrong' di sana lewat waktu itu pasti diminta pulang.
"Apa pun alasannya, mau lagi nugas atau apa. Katanya nggak baik perempuan pulang telat. Kalau prinsip individu bebas ya, tapi ini jadi peraturan angkatan," katanya.
Hal lain yang sempat membuat Dini kaget adalah saat outbond BEM jurusan. Di sana ada semacam kaderisasi di luar kota dan outbond antara laki-laki dan perempuan dipisah beberapa meter jaraknya.
ADVERTISEMENT
Ketika ada outbond itu, ada mahasiswi yang terjatuh dan terguling ke area outbond laki-laki. Tetapi di sana tidak ada yang mau membantu dengan alasan bukan muhrim.
Kondisi ini menurut Dini berbeda dengan fakultas lain yang masih lebih santai dan kulturnya membaur.
"Jadi pas viral soal (foto) perempuan di-blur di organisasi UNJ, gue nggak kaget. Emang udah ada bibit-bibitnya sejak dahulu kala. Masalahnya ini di kampus negeri yang uang SPP-nya disubsidi negara, dari uang pajak kita. Gue nggak rela uang pajak gue dipake mendidik generasi kayak gini," ucap Dini.
Cuitan Dini menuai pro dan kontra. Tak sedikit mereka yang mengaku kuliah di UNJ keberatan dengan utas Dini. Atas keberatan ini Dini menyarankan agar kultur yang sedang berlangsung saat ini dibenahi hingga akarnya dan bukan malah membungkam cerita orang lain.
ADVERTISEMENT
Tanggapan UNJ
Atas perlakuan khusus pada foto mahasiswi yang menjadi pengurus BEM, pihak UNJ telah memberikan tanggapan. Humas UNJ menegaskan bahwa sebagai kampus pendidikan, UNJ selalu mengedepankan pentingnya nilai-nilai kesetaraan gender, sosial, serta menentang semua bentuk diskriminasi sesuai dengan Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika dalam wadah NKRI.
Humas UNJ juga telah memanggil pengurus BEM FMIPA dan FT terkait foto pengurus BEM perempuan yang ditampilkan berbeda.
"Terkait unggahan tersebut, maka BEM Fakultas Teknik dan Fakultas MIPA telah membuat klarifikasi resmi berkaitan dengan pemberitaan di media massa," tulis keterangan pers UNJ tersebut, Rabu (12/2).
Ketua BEM FMIPA UNJ 2020, Robby Haryanto mengatakan poster pengurus BEM perempuan bergambar anime adalah kepengurusan BEM sebelumnya.
ADVERTISEMENT
"Kiriman tersebut adalah kiriman periode 2017 dan 2018. Kami kepengurusan periode 2020 tidak berhak memberikan penjelasan terkait kiriman tersebut," tulis Robby dalam keterangan tertulisnya, Rabu (12/2).
Robby menegaskan, untuk periode kepengurusannya, berbeda dengan pengurus sebelumnya. BEM FMIPA UNJ menurutnya selalu menjunjung tinggi kesetaraan gender dalam berorganisasi, serta menentang semua bentuk diskriminasi.
Sementara itu, Ketua BEM FT UNJ Ibrahim Katoni Baurekso membantah anggapan foto anggota perempuan disamarkan wajahnya. Menurutnya ada kesalahpahaman informasi dalam kasus ini.
"Bahwa tidak benar adanya foto BPH (Badan Pengurus Harian) perempuan diblur, melainkan diturunkan opacity-nya (derajat sebuah layer untuk mengatur pencahayaan di aplikasi Photoshop)," kata Ibrahim dalam siaran persnya, Selasa (11/2).
Selain itu, BEM FT UNJ juga membantah anggapan adanya diskriminasi terhadap perempuan yang menjadi anggota BEM.
ADVERTISEMENT
"Tidak benar adanya feminisme, patriarki, seksisme di BEM FT UNJ seperti yang ditunjukan kepada kami," ucap Ibrahim.