Viral Curhatan Dokter Jiemi soal Kekhawatiran APD Tenaga Medis yang Kurang

30 Maret 2020 15:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
dr. Jiemi Ardian, SpKJ usai menjadi pembicara di kelas kumparan dengan tema mental health atau workplace di kantor kumparan. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
dr. Jiemi Ardian, SpKJ usai menjadi pembicara di kelas kumparan dengan tema mental health atau workplace di kantor kumparan. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Dokter Jiemi Ardian, seorang psikiater yang aktif bersuara soal kesehatan mental, mengunggah sebuah cuitan di akun Twitternya. Dalam twit itu dia menceritakan tentang istrinya yang juga dokter harus menolong seorang pasien suspect virus corona atau COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Istri saya neurolog. Saat ini ada pasien suspek COVID-19 yang kejang, dia pun perlu memeriksa," tulis dr. Jiemi di Twitternya, Sabtu (29/3).
"Kalau nggak ada APD, tentu saya akan melarang orang yang saya sayangi ke sana. Jadi, jangan bilang lebay kalau nakes minta APD. Mereka juga punya keluarga yang sayang sama mereka," tambahnya.
Dalam cuitan itu juga disertakan sebuah gambar yang memperlihatkan istri dokter Jiemi sedang menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap di depan sebuah lift.
Saat dikonfirmasi kumparan, dokter Jiemi mengatakan cuitan itu sebagai curhatan dia tentang pentingnya APD bagi tenaga kesehatan (nakes) atau tenaga medis. Sebab, tenaga medis merupakan garda depan dalam memerangi wabah virus corona yang perlu diperhatikan kesehatan dan keselamatannya.
ADVERTISEMENT
"Karena beberapa orang menganggap permintaan dokter terhadap APD sebagai hal yang berlebihan, jadi itu twit saya curhat saja," katanya, Senin (30/3).
Dokter Jiemi aktif mengedukasi masyarakat tentang kesehatan jiwa, melalui berbagai event di komunitas dan kampus. Dia juga rajin membuat konten di media sosial. Twit dokter Jiemi soal APD itu viral dan mendapat respons dari netizen.
"Ga lebay. Tenaga medis & orang2 supportingnya itu garda terdepan yang berhadapan langsung dengan virus ini dg resiko lebih besar. Hal yang wajar dong minta APD untuk melindungi diri, mereka kan juga punya keluarga. They're not asking too much kok," tulis akun @MeLearnToWrite1
"Karena buat pemerintah jumlah korban itu cm statistik. Tapi buat keluarga, mereka itu satu-satunya ya Dok," tulis pemilik akun @Rizkyhanfh.
ADVERTISEMENT
Kurangnya APD ini membuat para tenaga medis di berbagai daerah terpaksa menggunakan jas hujan plastik sebagai alternatif. Sementara jumlah pasien virus corona di Indonesia setiap harinya terus bertambah, bahkan ada juga dari kalangan tenaga medis.
Petugas Skrining ODP PDP di Bogor pakai jas hujan. Foto: Dok. Istimewa
Terkait hal ini, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengeluarkan seruan agar tenaga medis yang tak mengenakan alat perlindungan diri (APD) tidak menangani pasien corona.
"Yang pakai APD boleh merawat COVID-19, yang tidak pakai APD tidak boleh ikut merawat," tegas Ketua PB IDI, Daeng M. Faqih, kepada kumparan, Jumat (27/3).
Seruan itu tertuang dalam surat edaran IDI bernomor 02854/PB/A.3/03/2020. Dalam surat edaran, IDI tidak menyatakan akan mogok, IDI hanya meminta agar pemerintah menjamin ketersediaan APD untuk tenaga medis untuk menangani virus corona. Sebab tenaga medis juga tak luput dari potensi tertular pandemi tersebut.
ADVERTISEMENT