Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Viral Keluarga di Sumut Protes Pelayanan RS: Ibu-Bayi Meninggal saat Persalinan
19 Mei 2021 21:45 WIB

ADVERTISEMENT
Sebuah curhatan keluarga pasien mengenai pelayanan RS Bunda Mulia di Kisaran, Asahan, Sumatera Utara (Sumut), di Facebook menjadi viral.
ADVERTISEMENT
Pengunggahnya, Yulia Sinaga, menyebut pihak RS lalai dalam menangani persalinan kakak iparnya, Rifa Damanik. Gara-gara kejadian itu, menurut Yulia, kakak ipar dan bayi yang dikandungnya meninggal.
Dalam unggahan di Facebook, Yulia turut melampirkan potongan foto dan video perdebatan keluarganya dan pihak rumah sakit atas pelayanan yang buruk.
Yulia mengatakan awalnya Rita pergi ke bidan karena mengeluh sakit dan merasa hendak melahirkan pada Sabtu (15/5). Namun bidan tak sanggup menanganinya. Sehingga Rita dibawa ke RS Bunda Mulia.
“Sebenarnya pada saat tiba di RS, Eda (kakak ipar) saya sudah enggak tahan, karena sudah merasa kesakitan dan enggak kuat, jadi (kami) meminta (RS) supaya segera dioperasi saja. Tapi ada perawat yang bilang 'ini masih bisa lahiran normal karena masih bukaan dua',” tulis Yulia.
ADVERTISEMENT
“Padahal setahu saya, bukaan berapa pun kalau maunya operasi kenapa harus ditahan jika sudah kesakitan,” lanjut Yulia.
Namun menurut Yulia, sampai keesokan harinya atau Minggu (16/5), Rita masih belum melahirkan dan bukaannya masih tetap dua.
“Perawat bilang itu biasa kesakitan, karena namanya mau lahiran, jadi tetap ditunggu saja biar lahiran normal,’’ tulis Yulia.
Melihat Rita terus menahan sakit, pihak keluarga mendesak RS untuk melakukan operasi caesar.
“Dan akhirnya kurang lebih pukul 5 sore lewat, Minggu (16/5), Eda saya selesai operasi dan dinyatakan bahwa bayinya meninggal. Gila enggak sih? seharian nunggu hanya karena supaya lahir normal? Kenapa? ada apa dengan rumah sakit? Apa karena dokter ya tidak ada? Kenapa bisa selalai itu?" kata Yulia.
ADVERTISEMENT
Saat kejadian itu, Yulia mengaku sama sekali tidak melihat seorang dokter.
“Ke mana dokternya? apakah dia belum puas hari rayaan sampai ke RS harus lama?” ucap Yulia.
Yulia menyebut pihak keluarga juga sempat bertanya kepada perawat kenapa proses operasi dilakukan begitu lama.
“Mereka menjawab dengan biasa, ada yang sambil main HP, mereka bilang tekanan darahnya tinggi jadi enggak bisa dioperasi dari awal. Bahkan ada yang bilang, plasentanya putus karena jalan-jalan,” tandas Yulia.
“Lalu kenapa pada saat bayinya sudah meninggal kalian memberikan alasan yang berbelit-belit dan beda perawat beda jawaban?" tambah Yulia.
Yulia menduga perawat tidak melakukan operasi lantaran dokter yang mengoperasi belum datang.
“Apa hanya karena menunggu kedatangan dokter, makanya kalian lama-lama kan buat dioperasi? Kalau tidak ada dokter harusnya dari awal bilang biar bisa pindah RS,” tulis Yulia.
ADVERTISEMENT
Yulia menyebut setelah bayi kakak iparnya meninggal, giliran Rita yang meninggal pada Senin (17/5) pukul 05.00 WIB usai mengalami koma.
“Sangat lemah (kondisinya) sampai, harus donor darah tapi tetap tidak bisa diselamatkan. Edaku dinyatakan meninggal tanpa sakit bawaan apa pun. Aku tidak pernah lupakan ini semua. Saya yakin Tuhan itu adil,” tulis Yulia.
Tanggapan RS Bunda Mulia
Viralnya curhatan Yulia membuat pihak RS Bunda Mulia Kisaran buka suara. Penanggungjawab RS Bunda Mulia Kisaran, Binsar P Sitanggang, membenarkan meninggalnya bayi dan ibunya tersebut.
Namun dia membantah tuduhan keluarga pasien. Binsar menyebut saat datang, kondisi fisiologi pasien baik. Sehingga pasien tidak perlu dioperasi caesar.
“Kondisi fisiologis normal tidak ada indikasi operasi," ujar Binsar kepada wartawan, Rabu (19/5)
ADVERTISEMENT
Binsar menegaskan pihak RS telah melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai standar operasional procedure (SOP).
Dia justru menyayangkan sikap keluarga yang sempat menyuruh pasien merangkak sejauh 5 meter selama 2 jam saat menunggu proses kelahiran. Menurut Binsar, kondisi itu mengakibatkan gangguan pada rahim pasien.
"Sehingga lepas plasenta di dalam rahim hingga dilakukan operasi," ucap Binsar.