Viral Klepon Tak Islami, Begini Asal Mulanya

22 Juli 2020 13:19 WIB
Klepon nangka. Foto: Kartika Pamujiningtyas/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Klepon nangka. Foto: Kartika Pamujiningtyas/kumparan
ADVERTISEMENT
Dunia maya dihebohkan dengan kemunculan foto kue klepon bertuliskan 'Tidak Islami'. Konten itu menimbulkan pro dan kontra. Meski begitu, sejumlah netizen membuat meme dan bahan candaan soal foto viral itu.
ADVERTISEMENT
Yang menjadi pertanyaan, kapan foto itu diunggah? Lalu, bagaimana konten itu menjadi bahan perbincangan netizen? Founder Drone Emprit, Ismail Fahmi, punya jawabannya.
Drone Emprit adalah sistem untuk memonitor serta menganalisa media sosial dan platform online yang berbasis teknologi big data.
Berikut analisis soal "klepon" yang disampaikan Ismail Fahmi melalui akun Twitternya, Rabu (22/7). kumparan sudah meminta izin kepada Fahmi untuk mengutip twit tersebut.
Fahmi menuliskan, Drone Emprit (DE) mengambil data dari pemberitaan media online (Online News), Twitter, Facebook Page, dan Instagram untuk mengolah data soal konten kue klepon 'Tidak Islami' dengan total 49.021 data. Meski begitu, ada keterbatasan akses pada Facebook.
Data DE menunjukkan, konten kue klepon di-mention (disebut) di Online News sebanyak 482, di Facebook sebanyak 701, di Twitter 47.464, dan di Instagram 374.
ADVERTISEMENT
"Paling banyak diperoleh dari Twitter, namun tidak berarti Facebook sedikit. Tren pesat di Twitter terjadi mulai jam 16.00 WIB," tulis Fahmi.

Awal mula viralnya kue klepon

Fahmi melihat, tren awal kue klepon ini terjadi sekitar pukul 10.00 WIB pada Selasa (21/7). Tren ini berawal dari Facebook hingga kemudian secara pelan-pelan terjadi di Twitter.
Sementara itu, di media online, banyak media yang membahas kue klepon. Ada juga yang menyajikan awal isu munculnya kue klepon. Tetapi banyak juga laman berita yang membahas sisi lain dari kue klepon.
"Wartakota mengutip klarifikasi dari @TurnBackHoax yang memberi link paling awal dari flyer Klepon ini di Facebook. Postingan paling awal yang diketahui terjadi sehari sebelumnya (20 Juli), pukul 20.31 WIB. Postingan ini sudah dihapus, tapi bisa dilihat dari Internet Archive," tambah Fahmi.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, tren kue klepon di Instragram terjadi sekitar pukul 02.09 WIB pada Selasa (21/7). Tren itu mulai naik secara per ahan pada pukul 08.00 WIB.
"Salah satu yang cukup awal di Instagram yang ditangkap DE adalah dari akun @kerjabersama_2periode. Foto yang sama dengan yang di Facebook tersebut diberi caption Kadrun klo dibiarin makin ngelunjak," tulis Fahmi.
Untuk di Twitter sendiri, lanjut Fahmi, data yang ditangkap oleh DE dari Twitter menemukan postingan awal pukul 05.40 WIB pada Selasa (21/7) dari akun @zsumarsono, lalu pukul 06.08 WIB oleh @woelannnn dan seterusnya hingga naik pesat pukul 10.27 WIB oleh @jumianto_RK.
"Cuitan paling banyak diretweet adalah dari @jr_kw19 yang membawa adat istiadat nusantara vs hal yang islami (saya cek postingan sudah dihapus, ternyata API Twitter masih ngasih). Lalu @jumianto_RK juga sama menyebut soal adat istiadat dan budaya nusantara di sini," tulisnya.
ADVERTISEMENT

Banyak yang Tidak Percaya

Ismail Fahmi menyebut, pro dan kontra konten ini berawal dari tak semua percaya bahwa foto kue klepon 'Tak Islami' itu benar. Sebagian tidak percaya dengan foto itu, misalnya, akun @al_diablos yang menuduh rezim menggunakan trik pembenturan klepon dengan agama.
"Untuk data sehari penuh, Social Network Analysis (SNA) memperlihatkan percakapan yang sangat ramai. Isu klepon ini tidak hanya jadi isu mereka yang pro-kontra (residu pilpres), tapi juga akun-akun non blok seperti @TretanMuslim, @jawafess, @uusbiasaaja, @FiersaBesari, @pinotski, @andihiyat," lanjut Fahmi.
Ia menambahkan, narasi besar tentang kue klepon di antaranya adalah @Irenecutemom yang paling besar retweetnya. Isinya hanya gambar dengan caption 'Kue Klepon Tidak Islami'. Cuitan itu ditanggapi secara negatif oleh netizen.
ADVERTISEMENT
"Lalu dari @jawafess dan @FiersaBesari yang mentwist soal klepon ini untuk meredakan 'ketegangan'. Dan akun @ridwanhr yang mencoba mencari kebenaran toko yang katanya menjual kurma dengan menyudutkan klepon ini," tambah Fahmi.
Fahmi menyimpulkan, bagi mereka yang senang dengan isi flyer kue klepon, keyword yang sering dituliskan adalah 'kadrun'. Mereka percaya kalau kelompok ini yang membuat flyer.
Sedangkan mereka yang curiga, kebanyakan mencari klarifikasi atau menuding kelompok lawannya yang membuat dan menggoreng sendiri.

Klepon dan Residu Pilpres

Ismail Fahmi menegaskan, residu pilpres tampaknya masih sangat kuat. Perolehan suara yang tak jauh terpaut bedanya, jelas membuat dua klaster pro-kontra yang relatif seimbang pendukungnya. Ini tentu tidak mudah untuk dileburkan tanpa upaya serius. Setiap saat siap untuk saling 'serang'.
ADVERTISEMENT
"Flyer yang menyentuh dan mengangkat isu-isu atau karakter sensitif dan khas dari salah satu kelompok, merupakan bahan bakar yang sangat murah dan mudah dibuat untuk memanaskan polarisasi kedua cluster residu pilpres tersebut," tulis Fahmi.