Viral Mandi Lumpur di TikTok: Kreator Dipanggil Polisi; Konten Bisa Dilaporkan

20 Januari 2023 6:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi TikTok. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi TikTok. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Fenomena "ngemis online" belakangan ini marak di TikTok. Dengan fitur live tersebut, kreator TikTok bisa mendapatkan koin yang nantinya dapat ditukarkan dengan rupiah.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, beberapa konten live dinilai kurang pantas, bahkan dinilai mengeksploitasi lansia. Salah satunya menampilkan emak-emak yang diguyur lumpur sebagai challenge agar penonton mau mengirimkan koin.
Polri kemudian ikut menaruh perhatian kepada konten-konten semacam itu. Dirtipidsiber Bareskrim Polri, Brigjen Adi Vivid, menilai konten-konten seperti itu bisa dilaporkan ke pihaknya untuk segera ditindak.
"Dari siber sudah mempunyai satgas khusus, artinya kalau dari segi pelaporan kita ada patrolisiber.id. itu kita bisa melakukan pelaporan secara online," kata Adi Vivid, Kamis (19/1).
Dalam waktu dekat ini, Adi Vivid mengungkapkan, pihaknya akan memberikan edukasi kepada sejumlah konten kreator. Sehingga diharapkan para konten kreator ini tak lagi membuat konten yang bersifat mengeksploitasi lansia.
"Dalam waktu dekat kami akan melakukan pemanggilan kepada konten kreator yang membuat konten yang menurut kami tidak pas. Yang mengeksploitasi kelemahan seseorang nenek-nenek," kata Adi Vivid.
ADVERTISEMENT
Untuk memberikan edukasi tersebut, polisi menggandeng sejumlah pihak terkait. Salah satunya adalah Komnas Perempuan dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Emak-emak live TikTok mandi di kolam. Foto: TikTok/intan_komalasari92
Memahami Kenapa Muncul Fenomena ‘Ngemis Online’ di Media Sosial
Pengamat media sosial, Ismail Fahmi, menilai fenomena "ngemis online" ini muncul dari keinginan banyak orang untuk menjadi influencer di media sosial. Salah satu caranya adalah dengan membuat konten viral.
“Media sosial, khususnya Tik Tok, telah menimbulkan keinginan orang untuk menjadi influencer. Semuanya ingin menjadi influencer dan untuk jadi influencer kan harus menghasilkan viralitas,” ujar Ismail kepada kumparan saat diwawancarai, Rabu (19/01).
Semua konten, tanpa memikirkan dampak positif dan negatifnya bagi penonton, akan tetap diproduksi selama berpotensi untuk viral. Mulai dari konten lucu hingga berbahaya.
ADVERTISEMENT
Melihat karakteristik penikmat media sosial di Indonesia, Ismail membagi jenis produksi konten viral menjadi dua: konten yang kontroversial, dan konten yang menyentuh emosional. Karakteristik ini setidaknya menjelaskan mengapa fenomena "ngemis online" dengan cara mandi lumpur di live TikTok ramai diminati masyarakat Indonesia.