Viral Restoran di Rest Area Cipali Nuthuk Harga: Nasi Ayam dan Teh Rp 155 Ribu

23 April 2023 8:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
49
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah kendaraan melintas di ruas Tol Cipali, Minggu (16/4/2023).  Foto: Dedhez Anggara/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kendaraan melintas di ruas Tol Cipali, Minggu (16/4/2023). Foto: Dedhez Anggara/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengalaman kurang menyenangkan menimpa Ketua DPP PSI, Sigit Widodo, saat sedang mudik lebaran Idul Fitri 1444 H. Ia menjadi salah satu korban nuthuk atau menaikkan tarif sewenang-wenang saat membayar makanan di rest area.
ADVERTISEMENT
Kejadian itu ia sampaikan dalam akun Twitternya pada Sabtu (22/4). Ia menyebut kejadian itu terjadi di rest area KM 86A Cipali.
"Buat yg sedang istirahat di rest area KM 86A Cipali dan ingin ngirit, saya sarankan jgn makan di sini. Dua porsi nasi ayam dan teh dalam kemasan harganya Rp 155.000 dan penjualnya ngotot dibayar setelah makan," tulis Sigit.
"Tapi kalau sdg mau beramal saat lebaran, ya boleh aja. 🤗," tambah dia.
Tulisan itu mendapat banyak tanggapan dari masyarakat. Beberapa di antaranya mengaku mempunyai pengalaman serupa menjadi korban nuthuk saat membeli makanan di rest area.
Kepada kumparan, Sigit menceritakan pengalaman kurang menyenangkan yang ia terima.
"Iya, saya mudik berdua dengan anak saya ke Purwokerto. Berangkat kemarin pukul 16.00 dari BSD Tangerang," kata Sigit saat dikonfirmasi, Minggu (23/4).
ADVERTISEMENT
Sigit menjelaskan, karena macet, saat lewat maghrib dirinya baru masuk Cipali. Ia kemudian memutuskan untuk istirahat sejak di rest area.
"Istirahat sejenak dan makan malam di Rest Area km 86A. Setelah mengantre cukup lama, sekitar pukul 20.00 kami dapat parkir di rest area itu," ucap Sigit.
"Awalnya mau makan di CFC, tapi penuh. Akhirnya kami ke food court," tutur dia.
Sigit menambahkan, dirinya memilih untuk makan di salah satu rumah makan yang ada di area rest area. Rumah makan yang ia pilih ternyata berjenis prasmanan.
"Anak saya memilih RM Hadea, modelnya prasmanan mengambil sendiri. Saya mengambil nasi, sepotong ayam, telur dadar, dan tahu. Anak saya nasi, dua potong ayam, telur dadar, dan tempe. Kami sama-sama minum Teh Pucuk botol kecil," ucap Sigit.
Suasana lalu lintas di KM 80 terdapat penyempitan jalan akibat proyek pembuatan rest area di KM 81 di ruas tol Cipali, Jawa Barat, Rabu (12/4/2023). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Setelah selesai mengambil makan, Sigit hendak melakukan pembayaran. Namun saat akan membayar, penjualnya meminta untuk dibayar belakangan.
ADVERTISEMENT
"Waktu mau bayar, oleh penjualnya dibilang makan saja dulu bayarnya belakangan. Saya sudah agak curiga, pasti akan digetok. Tapi malas juga berdebat, apalagi sudah cukup malam. Jadi kami makan," kata Sigit.
Ternyata dugaan Sigit benar. Penjual makanan, menggetok harga. "Benar saja, saat bayar kami ditagih Rp 155.000 tanpa diberi bon tanda terima," kata Sigit.
"Saya bayar saja, tapi saya cuit di Twitter agar pemudik lain yang mau makan di sana lebih waspada," tutur dia.
ilustrasi rest area Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

Minta Pengelola Tol Evaluasi

Sigit mengaku tidak mengetahui apakah restoran lain di lokasi yang sama melakukan praktik serupa. Namun, ia menyayangkan kejadian yang menimpanya.
"Menurut saya pengelola jalan tol perlu mengecek semua layanan untuk penggunanya, termasuk rest area," kata Sigit.
ADVERTISEMENT
Sigit tak menampik,secara umum fasilitas rest area di jalan tol saat ini sudah baik. Meski begitu, masih banyak penyempurnaan yang bisa dilakukan.
"Ketimbang hanya mengatur arus pemudik keluar-masuk rest area atau meminta pemudik membatasi waktu istirahat di rest area," ucap Sigit.
"Pedagang yang menjual makanan dengan tidak mencantumkan makanan pada menu dan mematok di atas harga normal seharusnya bisa ditertibkan," tutur dia.
Lebih jauh, ia juga menyoroti masih ada beberapa toilet yang memungut biaya di beberapa rest area.
"Di beberapa tempat masih ada tukang parkir liar. Adalah, beberapa perbaikan yang bisa dilakukan jika pengelola memantau dengan lebih detail. Jadi mungkin ini bisa jadi perbaikan di masa mendatang," tutup Sigit.
ADVERTISEMENT