Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Hujan yang mengguyur Jabodetabek pada Februari 2020 mengakibatkan sejumlah lokasi banjir . Salah satu yang terdampak adalah perumahan di Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi. Di tengah riuhnya protes warga terkena banjir, ada satu netizen yang membagikan alat penghalang banjir. Hingga akhirnya utas tersebut viral.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya ini peninggalan almarhum ayah saya. Idenya sendiri dari pintu air sungai. Awalnya, kebanyakan orang memakai karung pasir untuk menghalangi banjir masuk ke dalam rumah. Tapi hal tersebut kurang efektif,” ucap Andini Wijendaru kepada kumparan, Kamis (27/2).
Andini menambahkan, teknologi “pintu air” tersebut dirakit dengan sederhana. Hanya menyelipkan plat besi tipis berlapis karet ke dalam slot di lantai garasi. Lalu, tambah Andini, rangkaian tersebut dikencangkan dengan baut agar air tidak merembes ke dalam rumah.
“Pembuatannya pun hanya di tukang teralis besi,” tambah Andini.
ADVERTISEMENT
Andini dan keluarganya tinggal di perumahan di Jatirahayu sejak 1987. Waktu itu, kata Andini, masih banyak sawah dan rawa-rawa di sekitar perumahan. Akan tetapi, lambat laun, area tersebut berganti menjadi permukiman. Hingga akhirnya area resapan air semakin berkurang.
“Pada 2007, kami mengalami banjir pertama dan masuk ke dalam rumah. Air dari selokan meluap. Sejak itu, kami mengantisipasi banjir dengan “pintu air”,” kenang Andini.
Kemudian, banjir melanda area perumahan Andini pada 2012 dan 2015. Setelah tahun itu, banjir menjadi langganan tahunan di area tersebut.
“Sejak 2015, banjir terjadi hampir setiap tahun sampai saat ini dengan ketinggian di jalan rata-rata 50-70 CM, sedangkan di dalam rumah sekitar 20 CM,” tambah Andini.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, ada sejumlah tetangganya yang mencoba memakai “pintu air" untuk menanggulangi banjir . Karena dampaknya tidak terlalu besar, kata Andini, mereka lebih sering tidak memakai.
“Jadi, saat ini, hanya rumah kami yang konsisten menggunakannya,” pungkas Andini.