Vladimir Putin Dilantik Jadi Presiden Rusia untuk Kelima Kalinya

7 Mei 2024 16:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Rusia Vladimir Putin mengambil sumpah saat upacara pelantikan di Kremlin di Moskow, Rusia, Selasa (7/5/2024). Foto: Kremlin.ru/HO via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Rusia Vladimir Putin mengambil sumpah saat upacara pelantikan di Kremlin di Moskow, Rusia, Selasa (7/5/2024). Foto: Kremlin.ru/HO via REUTERS
ADVERTISEMENT
Presiden Rusia Vladimir Putin dilantik untuk masa jabatan presiden selama enam tahun pada Selasa (7/5). Upacara tersebut diboikot oleh Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat lainnya karena perang Rusia di Ukraina.
ADVERTISEMENT
Putin menang telak dalam pemilihan presiden pada Maret lalu. Ia berkuasa sebagai presiden atau perdana menteri Rusia sejak 1999. Dengan ini total Putin sudah menjadi kepala negara Rusia selama lima periode.
Dalam pidato singkatnya, Putin mengatakan bahwa Rusia terbuka untuk mengembangkan hubungan dengan negara lain yang ia gambarkan sebagai mayoritas dunia.
"Sistem kenegaraan Rusia harus tahan terhadap segala ancaman dan tantangan," katanya.
"Kami adalah orang yang bersatu dan hebat, kami akan mengatasi semua hambatan," tegas Putin.
Putin memulai mandat barunya usai lebih dari dua tahun mengirimkan puluhan ribu tentara ke Ukraina.
Di usia 71 tahun, Putin mendominasi lanskap politik dalam negeri. Di panggung internasional, ia terlibat dalam konfrontasi dengan negara-negara Barat yang dituduhnya menggunakan Ukraina sebagai kendaraan untuk memecah belah Rusia.
ADVERTISEMENT
“Bagi Rusia, ini adalah kelanjutan dari jalan kami, ini adalah stabilitas – Anda dapat bertanya kepada warga mana pun yang berada di jalan,” kata sekutu dekat Putin, Sergei Chemezov, kepada Reuters sebelum upacara.
Presiden Rusia Vladimir Putin tiba saat upacara pelantikan di Kremlin di Moskow, Rusia, Selasa (7/5/2024). Foto: Kremlin.ru/HO via REUTERS
“Presiden Putin terpilih kembali dan akan melanjutkan jalannya, meskipun Barat mungkin tidak menyukainya. Namun mereka akan memahami bahwa Putin adalah stabilitas bagi Rusia, bukan semacam orang baru yang datang dengan kebijakan baru – baik kerja sama atau konfrontasi. bahkan," katanya.
Di pemilu lalu, lawannya yang paling terkenal, Alexei Navalny, meninggal mendadak di penjara Arktik sebulan sebelum pemungutan suara.
AS dan negara-negara Barat lainnya tidak menghadiri upacara pelantikan di Kremlin itu.
“Tidak, kami tidak akan memiliki perwakilan pada pelantikannya,” kata juru bicara Kemlu AS, Matthew Miller, Senin (7/5).
ADVERTISEMENT
“Kami tentu saja tidak menganggap pemilu itu bebas dan adil, namun dia adalah presiden Rusia dan dia akan terus melanjutkan kapasitasnya,” tambahnya.
Inggris, Kanada, dan sebagian besar negara Uni Eropa juga memutuskan untuk memboikot pengambilan sumpah tersebut, namun Prancis mengatakan akan mengirimkan duta besarnya.
Ukraina mengatakan, acara tersebut bertujuan untuk menciptakan ilusi legalitas bagi seseorang yang berkuasa hampir seumur hidup. Putin dianggap telah mengubah Federasi Rusia menjadi negara agresor dan rezim yang berkuasa menjadi negara diktator.