Vladimir Putin Pertimbangkan Coret Taliban dari Daftar Kelompok Teroris

22 Oktober 2021 2:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto: Sputnik/Vladimir Smirnov/Kremlin via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto: Sputnik/Vladimir Smirnov/Kremlin via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara terkait Taliban yang kini kembali menjadi penguasa di Afghanistan.
ADVERTISEMENT
Secara mengejutkan Putin mengatakan, dirinya sedang mempertimbangkan untuk mengeluarkan Taliban dari daftar kelompok teroris.
"Rusia bergerak untuk mengeluarkan Taliban dari daftar organisasi ekstremis," kata Putin dikutip dari Reuters, Jumat (22/10).
Sebelumnya, Rusia memasukkan Taliban dalam kelompok teroris pada 2003, atau dua tahun setelah peristiwa 9/11 di Amerika Serikat.
Pernyataan ini keluar setelah Putin melakukan pembicaraan tingkat tinggi dengan Taliban sehari sebelumnya.
Bahkan, Rusia kini menyerukan dunia internasional untuk terus memberikan bantuan dan dukungan terhadap Afghanistan.
Delegasi Taliban bertemu dengan delegasi AS dan Eropa di Doha, Qatar. Foto: KARIM JAAFAR / AFP

Putin: Langkah Biden Tarik Pasukan AS dari Afghanistan Sudah Tepat

Putin juga menanggapi keputusan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menarik pasukan AS dari Afghanistan. Ia mengatakan, keputusan Biden sudah tepat.
Keputusan itu kemudian berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Taliban. Tanpa perlu waktu lama, Taliban akhirnya kembali merebut kekuasaan setelah dua dekade pada Agustus lalu.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Rusia terus berupaya menjalin hubungan dengan Taliban. Meski begitu, mereka tetap belum mengakui Taliban sebagai pemerintah baru Afghanistan.
Tak seperti negara-negara Barat yang langsung mengevakuasi diplomatnya ketika Taliban berkuasa, Rusia tetap membuka Kedutaan Besar mereka di Ibu Kota.
Putin mengkritik keterlibatan asing dalam urusan dalam negeri Afghanistan. Ia berkata, Rusia telah belajar banyak dari insiden invasi Uni Soviet di Afghanistan pada 1980-an.