Wahyana, Wasit Olimpiade dari Gunungkidul, Cinta Olahraga Sejak Kecil

5 Agustus 2021 12:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana kediaman Wahyana di Gancahan VII, Sidomulyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kediaman Wahyana di Gancahan VII, Sidomulyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Nama Wahyana (54), seorang guru olahraga di SMP 4 Patuk Gunungkidul, DIY, tengah menjadi perbincangan. Dia mencuri perhatian kala menjadi wasit dalam partai final cabor bulu tangkis tunggal putri di Olimpiade Tokyo 2020, Senin (3/8) lalu.
ADVERTISEMENT
Pria asal Gancahan VII, Sidomulyo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, ini memang dikenal mencintai olahraga sejak kecil. Tak hanya itu, secara akademik Wahyana juga mumpuni. Sehingga, dia mendapat beasiswa Fakultas Keolahragaan IKIP Yogyakarta atau sekarang dikenal UNY.
"Sepak terjang Pak Wahyana itu memang sudah punya bakat, sejak waktu di SMP sudah dapat beasiswa terus. Lalu selama kuliah juga tidak pernah bayar, dapat beasiswa di UNY IKIP itu," kata Poniran (53), kerabat Wahyana yang tinggal di samping rumah Wahyana, Kamis (5/8).
Poniran (53) kerabat Wahyana yang tinggal di samping rumah Wahyana, Kamis (5/8). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Poniran mengatakan, sejak kecil Wahyana memang hobi voli. Lantaran cedera, dia pindah haluan jadi wasit bulu tangkis. Tak disangka karier wasit Wahyana terus berkembang hingga mencapai puncak ketika memimpin partai final Olimpiade Tokyo 2020.
ADVERTISEMENT
"Iya voli dulu, sempat masuk tim di Sleman. Setelah itu cedera, terus pindah ke bulu tangkis jadi juri," kata Poniran.
"Tidak pernah cerita (cita-cita), cuma memang bakatnya sudah ada. Di perwasitan itu," ujarnya.
Wahyana, guru olahraga di SMP Negeri 4 Patuk Gunungkidul, yang memimpin partai puncak cabor bulu tangkis tunggal putri di Olimpiade Tokyo 2020 Foto: Dok. Wahyana
Profesionalitas Wahyana tidak hanya di atas lapangan. Dia juga profesional sebagai seorang guru. Mengajar di SMP 4 Patuk yang berjarak 1-2 jam dengan kendaraan, Wahyana tak pernah telat mengajar.
Sebelum matahari terbit, Wahyana sudah men-starter mobilnya dan berangkat ke sekolah.
"Ngelaju, Gancahan sampai Gunungkidul. Dari 1995 ya, sampai sekarang masih ngelaju, tidak pernah kontrak. Berangkat pagi, jam 05.30, pakai mobil," ujarnya.
Wahyana saat berfoto bersama rekan-rekan sesama guru. Foto: Dok. SMP 4 Patuk
Meski prestasi Wahyana mentereng, tiga anaknya belum ada yang mengikuti jejak Wahyana sebagai wasit.
"Yang anak pertama di kesehatan di rumah sakit, kedua jadi PNS di Magelang, Mungkid, di Pengadilan Negeri. Yang ketiga (bisnis) online-online gitu. Kalau Ibu (istri) jualan di Pasar Beringharjo," ujar Poniran.
Tugimin (60) kakak ipar Wahyana menunjukkan foto adiknya. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Sementara itu, Tugimin (60), kakak ipar Wahyana, mengatakan bahwa adiknya memang sudah terbiasa ke luar negeri untuk jadi wasit di kancah internasional.
ADVERTISEMENT
"Saya kira itu sudah terbiasa, ya. Sering kali wasit ke luar negeri tanggapan keluarga biasa-biasa saja karena seringnya dia keluar negeri," katanya.
Hanya saja saat event olimpiade ini Wahyana banyak jadi buah bibir. Di sejumlah grup WA yang diikuti Tugimin banyak yang membagikan berita tentang prestasi Wahyana.
"Kemarin juga saya mendapat WA dari teman-teman grup, kok adik saya menjadi viral gini. Jadi pembahasan di grup-grup WA," ujar Tugimin.