Wahyu Setiawan Sebut 3 Eks Caleg PDIP Makelar PAW Harun Masiku

15 Januari 2020 18:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komisioner KPU Wahyu Setiawan (kanan) usai menjalani sidang kode etik bersama DKPP di Gedung KPK, Rabu (15/1).  Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
zoom-in-whitePerbesar
Komisioner KPU Wahyu Setiawan (kanan) usai menjalani sidang kode etik bersama DKPP di Gedung KPK, Rabu (15/1). Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
ADVERTISEMENT
Komisioner KPU, Wahyu Setiawan, blak-blakan mengenai adanya makelar dalam upaya PDIP menjadikan Harun Masiku sebagai anggota DPR, melalui Pergantian Antarwaktu (PAW).
ADVERTISEMENT
Wahyu bahkan meminta Ketua KPU, Arief Budiman, agar berkomunikasi dengan Harun untuk memberi tahu hal tersebut. Sebab Wahyu merasa kasihan dengan Harun yang menjadi korban makelar.
"Saya sampaikan kalau Ketua (KPU Arief Budiman) bisa komunikasi dengan Harun bahwa ada praktik permakelaran," ujar Wahyu dalam sidang etik yang digelar DKPP di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Rabu (15/1).
Tergelitik dengan istilah makelar, anggota DKPP Ida Budhiati meminta Wahyu menyebut siapa yang dimaksud dengan makelar.
Agustini Tio Fridelina, orang kepercayaan Wahyu Setiawan meninggalkan Gedung KPK, Jumat (10/1). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
"Anda menyebut istilah makelar, ini bisa menyinggung PDIP. Bisa jelaskan soal istilah makna makelar itu siapa?" tanya Ida.
Wahyu pun menyebut makelar yang ia maksud merupakan tiga temannya yakni Agustiani Tio Fridelina, Saeful Bahri, dan Donny Tri Istiqomah.
ADVERTISEMENT
Wahyu mengatakan ketiga eks caleg PDIP itu beberapa kali menemuinya. Ketiganya, kata Wahyu, begitu ngotot memperjuangkan Harun Masiku sebagai anggota DPR, menggantikan Riezky Aprilia melalui PAW. Padahal sesuai UU Pemilu, Harun tak memenuhi syarat.
"Yang saya maksud (makelar) itu 3 orang yang menemui saya. Karena saya menyampaikan ini (PAW Harun) tidak mungkin. Tetapi ada orang-orang yang mmperjuangkan dengan berbagai ulah. Itu makna makelar yang sama sampaikan kepada Ketua (Arief)," jelas Wahyu.
Tersangka Saeful menaiki mobil tahanan usai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Jumat (10/1) dini hari. Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
"Bagaimana satu sisi Anda sebut mereka teman dan tidak bisa menolak, tapi satu sisi Anda menyebut teman-teman (Anda) ini makelar?" tanya Ida.
"Yang saya maksud perilaku. Dan saya menyampaikan itu kepada Pak Ketua," jawab Wahyu.
Tak puas dengan jawaban tersebut, Ida kembali mencecar mengapa Wahyu tidak menolak ketiganya dari awal dan tidak meladeni permintaan bertemu di luar kantor.
ADVERTISEMENT
"Kalau Pak Wahyu menengarai (ada praktik makelar), kenapa tidak ditolak saja sejak awal?" tanya Ida.
"Saya sudah melakukannya. Itu kenapa ada beberapa pertemuan di kantor dan saya terbuka kepada beberapa peserta pemilu di kantor. Tapi (saya) ada di posisi sulit. Sehingga pertemuan di luar kantor terjadi. Saya sudah berupaya hati-hati tapi (rupanya) kurang berhati-hati. Kurang berhati-hati dalam arti saya memilih (bertemu di) tempat umum (karena) saya merasa nyaman. Tapi ternyata itu tidak benar," ucap Wahyu.
Harun Masiku. Foto: Dok. Infocaleg
Dalam perkaranya, Wahyu menjadi tersangka bersama Harun Masiku, Agustiani Tio Fridelina, dan Saeful. Tiga di antaranya sudah ditahan, sementara Harun masih buron.
Wahyu diduga menerima suap Rp 600 juta dari commitment fee sebesar Rp 900 juta. Rinciannya, Rp 400 juta diterima Wahyu dari Harun melalui Saiful dan Agustiani. Sementara Rp 200 juta masih didalami KPK terkait sumber dananya.
ADVERTISEMENT
Suap tersebut diduga untuk memuluskan langkah Harun menggantikan anggota DPR dari PDIP, Riezky Aprilia, melalui mekanisme Pergantian Antarwaktu (PAW).
Kasus ini diduga menyeret Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Sebab, Saeful disebut-sebut merupakan staf Hasto.
Terkait hal tersebut, Hasto membantah terlibat kasus dugaan suap itu. Hasto menyebut ia telah menjadi korban tudingan tak benar.