Wajah Baru Taman Ismail Marzuki

24 November 2021 18:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah pernah ke Taman Ismail Marzuki (TIM) baru-baru ini? Kini penampilannya jauh berbeda. Lebih megah dan tertata rapi.
ADVERTISEMENT
Pemprov DKI Jakarta berkomitmen penuh dalam merevitalisasi TIM. Pemprov DKI menunjuk PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dalam pembangunan dan revitalisasi TIM. Perubahan sebesar ini sekaligus mengubah wajah TIM menjadi sangat baru.
“Secara keseluruhan progres pembangunan sudah mencapai 58,12% sampai 7 November 2021,” kata Direktur Utama PT Jakpro Widi Amanasto.
Penataan ulang ini dibagi menjadi 3 fase. Kini, sebagian besar hasilnya sudah dapat dilihat, bahkan dinikmati oleh masyarakat.
Fase pertama, yakni pembangunan Masjid Amir Hamzah. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sudah meresmikan bangunan baru Masjid Amir Hamzah TIM pada 3 Juli 2020. Sehingga, Masjid Amir Hamzah sudah bisa dipakai oleh pengunjung TIM. Kemudian, pembangunan gedung parkir dan Gedung Perpustakaan HB Jasin juga sudah selesai.
ADVERTISEMENT
Memasuki fase kedua, pembangunan dilanjutkan dengan perbaikan Planetarium dan Pusat Latihan Seni, pembangunan Gedung Bhakti Budaya (GBB), Gedung Annex, dan Teater Halaman.
Karyawan PT Jakarta Propertindo (Perseroda) atau Jakpro melintas di lokasi proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki di Jakarta, Kamis (14/10/2021). Foto: Sigid Kurniawan/Antara Foto
Inspirasi merevitalisasi bangunan TIM tak lepas dari sosok Ismail Marzuki. Sebut saja, gedung Perpustakaan HB Jassin. Bila melihat lebih dalam, fasadnya didesain dengan mengambil inspirasi dari tangga nada lagu Rayuan Pulau Kelapa, ciptaan Ismail Marzuki.
Untuk fase ketiga, penyelesaian interior perpustakaan dan pengerjaan Wisma Seni.
“Pembangunan ditargetkan selesai Desember 2021,” tambah dia.

Dialog Dengan Seniman

Selama proses revitalisasi berjalan, Pemprov DKI terus berkomunikasi dengan para seniman. Harapannya, bisa merevitalisasi TIM dengan semangat mengembalikan fungsi pusat kesenian di TIM seperti rancangan awalnya saat diresmikan tahun 1968.
Salah satu seniman yang ikut berdialog adalah Jose Rizal Manua. Seniman senior itu bercerita tentang momen-momen awal Pusat Kesenian Jakarta-Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM) diresmikan.
ADVERTISEMENT
Sejak diresmikan pada 10 November 1968 oleh Gubernur Ali Sadikin, bangunan PKJ-TIM terdiri dari Teater Tertutup, Teater Terbuka, Teater Arena, Teater Halaman, Teater besar, Sanggar Baru, Masjid Amir Hamzah, Sanggar Tari Huriah Adam, Wisma Seni, hingga Graha Bhakti Budaya.
Seorang warga melintas di depan pembangunan proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta, Senin (22/3). Foto: M Risyal Hidayat/Antara Foto
"Semua gedung-gedung tersebut sangat representatif untuk menampung segala jenis dan bentuk pertunjukan, baik yang klasik, yang tradisi, yang kerakyatan, maupun yang modern atau kontemporer," cerita Jose.
Jose begitu mencintai bekerja di bagian teater PKJ-TIM. Dimulai dari ketika ia ditawari bekerja di sana pada 1973 hingga menjadi PNS DKI pasca TIM diambil alih oleh Pemprov DKI.
Total selama 37 tahun Jose berkantor di TIM hingga pensiun pada 2010, dengan 27 tahun lamanya di Graha Bhakti Budaya (GBB), beragam tugas ia kerjakan. Mulai dari penata panggung, penata lampu, stage manager, hingga kepala bagian.
ADVERTISEMENT
Dengan diubahnya wajah PKJ-TIM oleh Pemprov DKI, ia berharap gedung-gedung baru bisa tetap memfasilitasi seniman dari mana pun, bahkan dari mancanegara.
Foto udara revitalisasi kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Cikini, Jakarta, Sabtu (27/2). Foto: Aditya Pradana Putra/Antara Foto
"Harapan saya, semoga PKJ-TIM bisa bermanfaat bagi insan seni di seantero tanah air dan dunia. Sehingga bisa menjadi kebanggaan kita semua," ujar Jose.
Menurutnya, PKJ-TIM sudah mencakup dan sangat representatif untuk sebuah Pusat Kesenian yang bertaraf internasional untuk semua cabang seni. Mulai dari seni teater, musik, tari, seni rupa, sastra, hingga film.

Planetarium Jakarta

Tak sampai di situ, jika berkunjung ke TIM, tentu kita ingat gedung Planetarium. Bagi Widya Sawitar, Planetarium berhasil membuatnya menyukai dunia astronomi dan akhirnya bisa mengabdikan dirinya di sana.
Widya yang sudah puluhan tahun bekerja di Planetarium mengaku optimistis hasil revitalisasi akan baik dan tak menutup kemungkinan bisa menjadi pusat pendidikan sains astronomi di Indonesia, seperti amanat Presiden ke-1 RI Sukarno.
Warga mencoba mengamati bulan dari teleskop milik Planetarium di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Foto: Helmi Afandi Abdullah/lumparan
"Masih banyak yang dapat dikembangkan agar dapat menjadi pusat pendidikan sains astronomi. Semoga dapat dilaksanakan ke depannya sebagai upaya mewujudkan amanat Bung Karno," ungkap Widya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Dosen Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Suryana Paramita, menyampaikan peran penting TIM dalam mendukung kegiatan pendidikan kesenian para seniman.
“Revitalisasi bangunan TIM saat ini merupakan inisiatif yang baik karena usia bangunan yang sudah tua. Yang perlu diperhatikan adalah setelah revitalisasi ini telah selesai, pemanfaatannya tepat sasaran. Tetap kembali seperti awal mula Ali Sadikin membangun rumah bagi para seniman untuk bebas berkarya dan berekspresi," imbuh Suryana.