Wajah Penguasa Lahan Senen

31 Januari 2019 20:30 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Novelis kondang Amerika Serikat Mark Twain pernah berujar, ketidakpunyaan uang adalah akar dari segala kejahatan. Kutipannya itu tampak pas bila diselaraskan dengan yang terjadi di Jakarta. Tak bisa dimungkiri, pusat keramaian di Jakarta identik dengan kejahatan, semisal premanisme.
ADVERTISEMENT
Premanisme tumbuh dalam wilayah yang menjadi kantong-kantong ekonomi ibu kota. Sebagai contoh wilayah Pasar Senen.
Pasar Senen merupakan wilayah tua Jakarta yang telah menjadi pusat kegiatan ekonomi sedari awal abad 19. Pesatnya kegiatan ekonomi di Senen kemudian mendatangkan beberapa orang yang mengais rezeki dengan cara ilegal. Mereka memalak, mencopet, dan memberlakukan pungutan liar karena tak punya keahlian bekerja.
Namun tak bisa juga semata-mata menyalahkan mereka. Ada beragam faktor yang menyeret mereka ke dalam dunia kriminalitas, seperti yang dialami oleh penguasa bayangan terminal Senen, Rudolf, dan temannya Max (nama samaran). Seperti apa kisah kedua dedengkot terminal Senen ini? Saksikan selengkapnya dalam video di atas.
Simak juga story terkait dalam topik Penguasa Lahan Senen.
ADVERTISEMENT