Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Walabi Kecil dan Ular Abu-abu Asal Australia Kini Terancam Punah
5 Oktober 2022 21:08 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Pemerintah Australia memasukkan spesies walabi kecil dan ular abu-abu ke dalam 15 spesies baru yang terancam punah , pada Selasa (4/10).
ADVERTISEMENT
Penyusutan habitat akibat aktivitas manusia dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan menjadi penyebab awal kepunahan fauna tersebut.
Melansir dari France24, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengumumkan skema sepuluh tahun yang diberlakukan guna menghentikan kepunahan dari 110 spesies prioritas dan melindungi 20 habitat ekosistem dari degradasi.
Awal kepunahan kelompok satwa liar walabi kecil dan ular abu-abu tersebut menjadi rapor buruk pemerintah dalam melindungi spesies unik di daratan Australia akibat perusakan habitat ulah manusia. Pemanasan global dan cuaca ekstrem juga turut mempercepat kepunahan ini.
Menteri Lingkungan Australia, Tanya Plibersek, mengatakan kebakaran Musim Panas Hitam telah menghancurkan hidup banyak spesies di Australia.
Menurut catatan, kebakaran Musim Panas Hitam pada 2019 hingga 2020, telah membabat 5,8 juta hektare ekosistem di Australia timur. Akibatnya 1-3 miliar fauna terbunuh dan telantar.
ADVERTISEMENT
"Mendaftarkan spesies sebagai terancam di bawah undang-undang lingkungan nasional adalah langkah penting dalam melindungi spesies dan habitat yang membutuhkan bantuan segera," kata Plibersek.
Kendali demikian, Plibersek mengakui upaya Australia untuk melindungi satwa liarnya masih belum berhasil. "Australia adalah ibu kota kepunahan mamalia dunia," tambahnya.
Dari 15 spesies flora dan fauna baru yang terancam terdaftar, walabi kecil masuk ke dalamnya karena ia sangat rentan ketika terjadinya kebakaran hutan maupun serangan predator.
Sedangkan ular abu-abu berbisa ringan dari Queensland dan belalang korek api kecil tanpa sayap juga masuk ke dalam daftar fauna baru terancam punah karena spesies tersebut sensitif terhadap kekeringan dan kebakaran hutan yang sering terjadi.
Manajer program Yayasan Konservasi Australia Basha Stasak menyambut baik komitmen pemerintah Australia untuk menangani kepunahan beberapa spesies unik. Stasak menekankan pentingnya upaya pencegahan kepunahan tersebut agar generasi yang akan datang dapat melihat fauna yang saat ini berada dalam kondisi krisis.
ADVERTISEMENT
"Tujuan pemerintah Australia sangat ambisius, tetapi penting jika generasi masa depan orang Australia ingin melihat hewan seperti koala, posum kerdil gunung, glider yang lebih besar, dan kakatua geng-geng," kata Stasak, seperti dikutip oleh AFP.
"Menghentikan perusakan habitat satwa liar adalah kunci untuk mencapai tujuan ini," tambahnya.
Lebih lanjut, Stasak meminta pemerintah untuk memperkuat undang-undang lingkungan nasional yang dinilai gagal selama ini untuk melindungi flora, fauna, dan ekosistemnya.
Tidak hanya memperkuat undang-undang, pemerintah juga perlu menganggarkan lebih banyak guna mengatasi krisis kepunahan. Menurut ahli, dibutuhkan setidaknya Rp 28 triliun untuk mengatasi kepunahan ini.
World Wide Fund for Nature (WWF) Australia telah menyerukan pentingnya investasi dalam rencana pemulihan untuk semua spesies yang terancam.
"Suaka Margasatwa dan tempat-tempat liar Australia berada dalam kondisi yang berbahaya," kata kepala konservasi WWF Australia, Rachel Lowry.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, ia menyambut baik target Australia untuk mencapai nol kepunahan baru karena dinilai sejalan dengan tujuan Selandia Baru dan negara-negara anggota Uni Eropa lainnya.
Namun, Ia mengkritisi pemilihan 110 spesies yang diprioritaskan dari total 1.900 spesies yang terancam di Australia.
"Tidak jelas bagaimana itu akan membantu spesies terancam 'non prioritas' kita yang lain seperti glider besar kita yang terancam punah misalnya," kata Lowry.
Plibersek menanggapinya dengan mengatakan bahwa melindungi 110 spesies yang diprioritaskan akan menciptakan 'efek halo' pada spesies yang saling bergantung di habitat yang sama.
Penulis: Thalitha Yuristiana.
Live Update
Gedung Glodok Plaza yang terletak di Jalan Mangga Besar II Glodok Plaza, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, terbakar, pada Rabu (15/1) malam. Kebakaran dilaporkan terjadi pada pukul 21.30 WIB. Api diduga bersumber dari lantai 7.
Updated 16 Januari 2025, 17:37 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini