Wamen P2MI: Jepang dan Jerman Butuh Nakes, Gajinya hingga Rp 47 Juta per Bulan

9 Desember 2024 13:50 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Christina Aryani di Stikes Panti Rapih Yogyakarta, Senin (9/12/2024). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Christina Aryani di Stikes Panti Rapih Yogyakarta, Senin (9/12/2024). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Christina Aryani mengatakan Jepang dan Jerman tengah membutuhkan banyak tenaga kesehatan atau nakes. Gaji bulanannya maksimal mencapai Rp 47 juta.
ADVERTISEMENT
Hal itu Christina sampaikan di hadapan mahasiswa dan mahasiswi jurusan kesehatan saat sosialisasi penempatan dan pelindungan pekerja migran Indonesia di Stikes Panti Rapih Yogyakarta di Kapanewon Depok, Kabupaten Sleman, Senin (9/12).
"Yang pertama adalah ke Jepang, ke Jepang ini sebagai careworker jadi bekerja di institusi misalnya panti jompo atau sebagai perawat, sebagai nurse. Di Jepang sendiri tahun 2025 kebutuhannya 2,5 juta sektor di tenaga kesehatan. Jadi peluangnya besar sekali," kata Christina.

Gaji

Gaji menjadi nakes di Jepang juga cukup tinggi yakni berkisar Rp 15 juta sampai Rp 20 juta. Tak hanya gaji yang tinggi, peluang karier juga terbuka lebar karena nakes yang bekerja di sana mendapat kesempatan menjadi register nurse atau register careworker.
ADVERTISEMENT
Negara kedua yang butuh nakes adalah Jerman. Mereka membutuhkan 500 ribu nakes sampai 2030. Dua negara ini telah bekerja sama dengan Indonesia.
"Sama juga bekerja di rumah sakit atau di klinik, gajinya kisarannya antara Rp 38 juta sampai Rp 47 juta. Nah, ini tentu besar ya," jelasnya.
"Saya belum melihat di Indonesia sebagai perawat kita bisa mendapatkan segitu, belum. Belum bisa. Semoga-moga suatu nanti, tapi kayaknya tidak dalam 30 atau 20 tahun ke depan," bebernya.
Christina mencontohkan dengan biaya hidup di Jerman sekitar Rp 12 juta maka pekerja bisa menabung sekitar Rp 30 juta.
"Kalau di Jerman ini dengan hidup yang hemat ya, normal-normal saja. Tidak biaya hidupnya hedon, itu sekitar Rp 12 juta. Bayangkan tadi dengan gaji yang 47 juta. Jadi, bisa sisihkan sekitar Rp 30 juta sebulan," katanya
ADVERTISEMENT
"Setahun kali 12 berapa? Sudah Rp 400-an juta. Kontrak bisa tiga tahun, kita harus memandang ini sebagai peluang. Peluang untuk menabung, peluang untuk mendapatkan pengalaman dan bahkan nanti kalau sudah ikut penyetaraan di Jerman, adik-adik juga bisa membawa keluarga," jelasnya.

Syarat

Persyaratan nakes yang akan bekerja ke Jepang adalah usia maksimal 35 tahun. Kemudian untuk careworker berijazah minimal D3 keperawatan atau non keperawatan dengan sertifikat careworker.
Sementara untuk jadi perawat di Jepang persyaratan lulusan D3 atau S1 keperawatan yang sudah nurse dan memiliki surat tanda registrasi (STR) perawat.
"Sementara untuk Jerman 18 sampai 40 tahun," katanya.
"Dari sisi persyaratan saya yakin banget teman-teman eligible, bisa memenuhi. Cuma yang jadi masalah adalah bahasa," bebernya.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, kepada mahasiswa-mahasiswi yang hendak bekerja di luar negeri, Christina meminta mereka agar belajar bahasa asing. Belajar Bahasa Jerman menurutnya perlu waktu sembilan bulan sementara Bahasa Jepang enam bulan.

Kebutuhan akan Nakes Terus Meningkat

Ketua Stikes Panti Rapih Yogyakarta Yulia Wardani mengatakan kebutuhan nakes di luar negeri dari tahun ke tahun semakin meningkat.
"Pekerja perawat di luar negeri itu dari tahun ke tahun sejak 10, 20 tahun yang lalu itu memang unlimited, tidak terhitung jumlah yang dibutuhkan dari luar negeri," kata Yulia.
"Dan setiap kali ada momen-momen kami itu selalu mendorong mahasiswa kami untuk go abroad, fly, kemudian fly high, gitu ya terbang tinggi supaya kamu bisa meningkatkan kualitas hidup kita semua, gitu," katanya.
ADVERTISEMENT
Yulia mengatakan di kampusnya sudah 16 mahasiswa yang berhasil bekerja di Jepang.
"Lalu yang sekarang sedang proses terakhir persiapan ke Jerman itu tiga sampai lima orang," jelasnya.