Wahyu Sakti Trenggono, Istana Kepresidenan

Wamenhan Trenggono Fokus Inovasi dan Big Data untuk Pertahanan

25 Oktober 2019 18:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon Wakil Menteri Pertahanan Wahyu Sakti Trenggono usai bertemu Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Calon Wakil Menteri Pertahanan Wahyu Sakti Trenggono usai bertemu Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Mantan bendahara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Wahyu Sakti Trenggono, ditunjuk sebagai Wakil Menteri Pertahanan mendampingi Menhan Prabowo Subianto.
ADVERTISEMENT
Sebagai pengusaha yang sama sekali tak memiliki latar belakang militer, Trenggono mengakui tidak menguasai soal pertahanan, khususnya di bidang alutsista. Namun, sebagaimana alasan yang disampaikan Jokowi terkait penunjukan dirinya, Trenggono akan fokus berinovasi di bidang teknologi dan industri pertahanan.
“Saya kira itu pemikiran saya dari sisi saya di swasta yang lebih banyak bekerja di bidang pengembangan inovasi dan bisnis. Dan selama dua periode saya sebagai tim sukses presiden ini, saya tahu persis peranan teknologi informasi sudah begitu demikian memberikan pengaruh,” ujar Trenggono di kantor Kemenhan usai acara penyambutan, Jumat (25/10).
Wahyu Sakti Trenggono bercerita bagaimana ia memanfaatkan big data saat menjadi timses Jokowi. Dengan teknologi, ia bisa memperoleh data tentang kelompok-kelompok yang berseberangan maupun mendukung paslon Jokowi-Ma'ruf.
Wahyu Sakti Trenggono tiba di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (25/10/2019). Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
“Teknologi broadband yang sekarang berkembang begitu cepat dan bisa memberi pengaruh yang sangat luar biasa. Bisa mengubah mindset seorang dari positif menjadi negatif, bahkan negatif bisa menjadi positif,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
“Dan itu saya lakukan selama satu tahun kemarin ketika pilpres. Saya membangun satu jaringan big data analytics. Saya mendeteksi, bisa katakan, kelompok ini tidak membela kita Pak Jokowi. Itu bisa ketahuan, bisa ter-profile,” lanjutnya.
Sayangnya, menurut Wahyu Sakti Trenggono, big data belum masif di Indonesia. Selain belum ada teknologi yang memadai, orang-orang yang mumpuni terkait hal ini juga masih sangat sedikit. Sehingga, tidak jarang harus menyewa ahlinya langsung.
Padahal, di beberapa negara, big data sudah dikembangkan di bawah Departemen Pertahanan.
“Memang research itu enggak bisa, harus diawali oleh pertahanan. Jadi di dalamnya terdiri dari unsur-unsur orang-orang militer. Tapi juga mungkin perguruan tinggi yang bisa kita ajak kerja sama di sini,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten