Wamenkes: Miris, Masih Ada Puskesmas yang Tidak Punya Dokter

10 Agustus 2024 1:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono di Kantor Bupati Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (9/8). Foto: Jonathan Devin/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono di Kantor Bupati Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (9/8). Foto: Jonathan Devin/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan kemampuan pelayanan dari pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di Indonesia masing sangat bervariatif.
ADVERTISEMENT
Ia mengungkapkan, ada beberapa Puskesmas yang pelayanannya sudah setara dengan rumah sakit. Namun, ada pula yang bahkan belum memiliki dokter.
"Ada Puskemas yang perawatannya bahkan menyamai rumah sakit, tapi kita juga miris masih ada Puskesmas-Puskesmas yang tidak ada dokternya di daerah DTPK," kata Dante di Kantor Bupati Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (9/8).
Tapi, Dante tak merinci lebih jauh penyebab belum meratanya tenaga medis di Tanah Air itu.
Ia hanya menjelaskan, peningkatan pelayanan kesehatan perlu dilakukan dengan penguatan peran dari Puskesmas hingga Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Salah satunya dengan mengedepankan upaya edukasi.
Dante mengatakan, hal ini menjadi penting lantaran inflasi kesehatan terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan lebih tinggi dari produk domestik bruto (PDB).
ADVERTISEMENT
"Jadi yang diobati adalah orang yang belum sakit, supaya tidak sakit. Daripada melakukan dan membayar pembiayaan orang yang sudah sakit," jelas Dante.
Dalam mendukung rencana itu, Dante mengatakan saat ini tengah digalakkan program integrasi layanan primer (ILP). Program ini merupakan strategi untuk meningkatkan akses, kualitas, dan keterpaduan layanan kesehatan di tingkat primer.
Dante menyebut, layanan kesehatan harus mudah dijangkau oleh masyarakat. Ia menganalogikannya seperti anjungan tunai mandiri (ATM).
"Saya menganalogikan, kalau ingin sukses edukasinya harus mudah dijangkau oleh masyarakat. Apa fasilitas yang selama ini mudah dijangkau masyarakat? Saya umpamakan dengan mesin ATM," ujar Dante.
"Jadi Posyandu itu jumlahnya ada 300 ribu. Jadi kita kalau mau melakukan edukasi kesehatan, salah satu ada harus Posyandu. Jadi kita membuat integrasi antara puskesmas kecamatan, puskesmas pembantu, dan posyandu. Ini namanya integrasi layanan primer," pungkas dia.
ADVERTISEMENT