Wamenkominfo hingga Cinta Laura Bicara AI, Antisipasi ChatGPT & Deepfake

6 Desember 2023 19:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cinta Laura (kiri) dan Wamenkominfo Nezar Patria (tengah) saat jadi pembicara pada acara kumparan Anak Bangsa Curhat (ABC) di Binus University, Kampus Anggrek, Jakarta, Rabu (6/12/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Cinta Laura (kiri) dan Wamenkominfo Nezar Patria (tengah) saat jadi pembicara pada acara kumparan Anak Bangsa Curhat (ABC) di Binus University, Kampus Anggrek, Jakarta, Rabu (6/12/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
kumparan menggelar acara Anak Bangsa Curhat di Kampus Bina Nusantara (Binus), Jakarta Barat, Rabu (6/12). Binus Anggrek, khususnya di Program Studie Ilmu Komunikasi, menjadi kunjungan penutup kumparan dalam rangkaian kampanye Pemilupedia 2024.
ADVERTISEMENT
Diskusi yang bertemakan “Revolusi AI: Asisten Virtual untuk Mahasiswa” ini membahas tentang penggunaan artificial Intelligence atau AI yang semakin marak. Termasuk dalam kehidupan mahasiswa yang kerap memanfaatkan AI generatif dalam pembelajaran di kampus.
Hadir Nezar Patria (Wamenkominfo), Cinta Laura (Entrepreneur/ Social Activist), Mariko Rizkiansyah, S.Sos., M.IKom (Subject Content Coordinator), Nirwasita Fathinah Maharani (Mahasiswa) dan Mbak kumparan. Acara ini dipandu Winda Dwiastuti (Corporate communication Manager & Host kumparan).
kumparan ABC Binus University, Kampus Anggrek. Foto: kumparan

Mahasiwa Mulai Bergantung ke ChatGPT

Mahasiswi Binus, Nirwasita, menyebut dirinya kini bergantung pada AI generatif yakni ChatGPT dalam mengerjakan tugas. Ia mengakui penggunaan AI sangat membantu dalam aktivitas kuliah yang ia lakukan sambil berkarier.
"ChatGPT (paling sering pakai) karena jurusan komunikasi, karena apa pun berhubungan sama Ms Word, teks. Enggak langsung 'tolong bikinin aku dong' enggak, tapi kerangkanya. Jadi kebayang artikelnya kayak apa. Jadi mikir lebih gampang, kebayang," ungkap sosok yang akrab dipanggil Sita itu.
Mahasiswa Binus, Nirwasita Fathinah Maharani, pada acara kumparan Anak Bangsa Curhat (ABC) di Binus University, Kampus Anggrek, Jakarta, Rabu (6/12/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Namun ia mengatakan juga akan terus berusaha mengimbangi ide pribadi, agar tak menjadi ketergantungan penuh dengan AI.
ADVERTISEMENT
"Sekarang lagi banyak kesibukan, banyak pikiran, ujung-ujungnya tugas prioritas paling bawah. Tergantungnya 50:50. Kalau kerjaan udah kelar, ngerjain tugas," ujar Sita.
"Tapi kalau belum kelar jadi tergantung banget. Karena kalau enggak ada chatGPT, jadi kayak panik mau ngerjain gimana," imbuh dia.
Subject Content Coordinator Binus University, Mariko Rizkiansyah (tengah), saat jadi pembicara pada acara kumparan Anak Bangsa Curhat (ABC) di Binus University, Kampus Anggrek, Jakarta, Rabu (6/12/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sementara itu, Mariko selalu dosen Binus mengetahui mahasiswa mulai memakai AI dalam membantu kegiatan perkuliahan. Namun ia mengatakan memang jangan sampai mahasiswa bergantung penuh pada Chat GPT.
"Untuk momen-momen AI memang bisa membantu dosen dan mahasiswa. Tapi Chat GPT bukan akhir, mahasiswa juga harus crosscheck. Karena Chat GPT hanya memberikan jawaban berdasarkan databasenya," ujar Mariko.
Suasana acara kumparan Anak Bangsa Curhat (ABC) di Binus University, Kampus Anggrek, Jakarta, Rabu (6/12/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Kominfo Siapkan SE Atur Penggunaan AI

Wamenkominfo Nezar Patria mengakui penggunaan AI di Indonesia memang semakin marak dan berkembang. Sebab itu, ia mengatakan teknologi AI pun mulai diterapkan dalam kegiatan pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Salah satunya yakni dalam mengintegrasikan data kementerian dan lembaga di Indonesia dalam satu data. Menurut Nezar, ini nantinya akan sangat membantu masyarakat mulai dari mengurus dokumen seperti akta kelahiran hingga membuat SIM.
"Seberapa jauh di Indonesia? Sudah cukup banyak. Pemerintah juga akan mengarah pada penggunaan AI. Prosesnya besar, kerja raksasa, karena kita kumpulkan data seluruh Nusantara," kata Nezar.
Cinta Laura (kiri) dan Wamenkominfo Nezar Patria (kanan) saat jadi pembicara pada acara kumparan Anak Bangsa Curhat (ABC) di Binus University, Kampus Anggrek, Jakarta, Rabu (6/12/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Seluruh kementerian/lembaga ada 27.400 aplikasi. Buat orang akses kesulitan, karena semua lomba bikin app biar keliatan digitalize. Padahal mahal tapi tidak jawab kebutuhan esensial. Jadi integrasi data supaya layanan publik baik," imbuh dia.
Tetapi, pemerintah juga mewaspadai bahaya AI termasuk deepfake. Sehingga Nezar memastikan pemerintah juga akan pro aktif dalam menggelar edukasi dan meluncurkan regulasi terkait AI.
ADVERTISEMENT
"Contohnya tadi banyak kita temukan (deepfake). Bahkan dengan AI kita bisa hidupkan suara artis yang sudah meninggal," ujar Nezar.
"Kita akan buat SE penggunaan AI ini, terutama buat pelaku usaha, dari desain, itu agar penggunaan memenuhi sejumlah prinsip etik. Misal harus transparan, inklusif, akuntabel, hargai nilai demokrasi, dan lain sebagainya," tambah dia.
Cinta Laura (kedua kiri) dan Wamenkominfo Nezar Patria, dan Subject Content Coordinator Binus University, Mariko Rizkiansyah (kiri) pada acara kumparan Anak Bangsa Curhat (ABC) di Binus University, Kampus Anggrek, Jakarta, Rabu (6/12/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Hati-Hati Bahaya Deepfake

ADVERTISEMENT
Cinta Laura juga bercerita tentang dirinya yang akrab dengan AI. Bahkan tak hanya Chat GPT, Cinta juga gemar menggunakan jenis AI lainnya seperti
Meski begitu, Cinta mengajak para mahasiswa mengutamakan rasa percaya diri dan kreativitas saat memanfaatkan AI. Hal ini misalnya, ia terapkan dalam membuat desain arsitektur bar di Jawa Tengah.
"Memang sejak ada AI, kalian bisa jauh efisien kerjakan sesuatu. Tapi dosen kalian tidak bodoh, kalau kalian tulis satu paragraf yang sepenuhnya ditulis AI itu keliatan. Ada pattern, ada kosa kata yang dipakai AI, cukup bikin kita sadar ini AI," kata Cinta.
ADVERTISEMENT
Cinta Laura saat jadi pembicara pada acara kumparan Anak Bangsa Curhat (ABC) di Binus University, Kampus Anggrek, Jakarta, Rabu (6/12/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Untuk kalian yang suka pakai ChatGPT, Net Journey, apa pun di luar sana. The end of the day, hasil terbaik dari sebuah karya AI akan selalu datang dari effort kalian untuk research, validasi segala fakta yang kalian input ke dalam AI," imbuh Cinta.
Selain itu, Cinta mewaspadai teknologi deepfake yang dapat menjadi sumber hoaks dan polarisasi agama hingga suku. Sehingga ia berharap masyarakat, termasuk mahasiswa, lebih bijak dalam memakai AI.
"I'm very afraid of deepfake karena walau kita di kota besar Jakarta familiar dengan berbagai AI, the truth kita keluar Jakarta, ke tempat terpencil, pelosok, pulau yang tidak punya fasilitas, mereka nggak tahu caranya pakai AI," kata Cinta.
Sejumlah peserta mengantre untuk mengisi curhatan di bilik suara jelang acara kumparan Anak Bangsa Curhat (ABC) di Binus University, Kampus Anggrek, Jakarta, Rabu (6/12/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
"Walaupun tahu mereka tidak tahu bagaimana gunakan dengan baik dan benar, sehingga saat mereka tahu, ada deepfake di luar sana mereka akan gampang percaya apa yang mereka lihat. Thats so dangerous. Itu kenapa terjadi polarisasi nggak cuma di negara kita tapi banyak di negara lain," tandas dia.
ADVERTISEMENT
Selain diskusi, kumparan juga membuka booth yang berisi banyak kegiatan yang bisa diikuti mahasiswa. Di antaranya speak up challenge berhadiah ratusan ribu rupiah, snack gratis, polling pemilu, serta Papan Kebebasan Mahasiswa Bercurhat.
Berbagai curhatan disampaikan mahasiswa, salah satunya kekhawatiran ekspektasi publik saat bersosial media hingga saran bagi Kominfo untuk memperkuat lembaga sebagai pusat informasi.